Kamis, 18 September 2008

ORANG BRENGSEK IMAM SEJATI

Dalam kesempatan membaca email dari sebuah milis, saya sempat membaca sebuah email
yang memuat tulisan dari Gde Prama. Tulisan itu memberi saya inspirasi untuk
menurunkan tulisan kali ini.

Cerita Gde Prama, pada suatu saat Bank Indonesia pernah amat senang mengundang Gde Prama
untuk menyampaikan presentasi mengenai Dealing With Difficult People, sebuah sesi dimana
Gde mencoba mengupas bagaimana menjauhkan dan membebaskan diri dari manusia-manusia sulit
yang memiliki karakter seperti keras kepala, suka menang sendiri, tidak mau bekerja sama,
tidak peduli dengan kepentingan orang banyak, dan lain-lain.
Menurut Gde, banyak di antara kita yang merasa bukan bagian dari manusia sulit, justeru
orang di luar sana lah yang termasuk golongan orang sulit. Dengan mudahnya,
menganggap orang lain sebagai biang masalah.
Padahal menurut Gde, ada baiknya membersihkan kacamata kita terlebih dahulu sebelum
melihat orang lain.
Kalau tidak sadar dengan kotornya kacamata kita, orang lain memang akan sangat mudah
dipandang kotor.
Seorang pemimpin, sebelum menyebut orang lain sulit diatur, pastikan terlebih dulu kalau
bukan dirinya yang tidak mampu mengatur.
Seorang imam yang keras kepala, maka orang lain berbeda pendapat sedikitpun akan dianggapnya
orang yang sulit.
Imam yang mudah tersinggung, melihat orang yang sedikit senyum saja sudah akan membuatnya
kesal.

Gde menyatakan bahwa manusia-manusia super sulit pada hakekatnya adalah guru terbaik kita.
Dari mereka kita bisa belajar banyak. Mengapa begitu?

Pertama, manusia super sulit seringkali mengajari kita dengan cara menunjukkan betapa
menjengkelkannya mereka.
Bayangkan saja, manakala orang ramai berdiskusi menyatukan pendapat, mencari berbagai
argumentasi untuk mendapatkan jalan keluar terbaik, ia mau menang sendiri.
Manakala orang belajar melihat dari segi positif, ia malah mencaci dan menghina orang lain.
Tetapi, ambil saja hikmahnya, saat bertemu dengan mereka ini, sebenarnya kita sedang diingatkan
untuk tidak berperilaku seperti mereka.

Kedua, manusia super sulit adalah sparring partner dalam membuat kita menjadi orang sabar.
Difficult people ini sering kali membuat panas kepala, mengurut-urut dada, bahkan menarik
nafas panjang, yang itu semua bisa diartikan tubuh dan jiwa kita ditarik menjadi lebih sabar.
Kepalan tangan yang awalnya sakit pada saat melakukan push-up, lambat laun apabila kita terus
melakukannya, maka rasa sakit akan tidak lagi terasa, kita semakin kebal.

Ketiga, manusia super sulit sering mendidik kita jadi pemimpin jempolan. Semakin
sering dan semakin banyak kita memimpin dan dipimpin manusia sulit, ia akan
menjadi Universitas Kesulitan yang mengagumkan daya kontribusinya.
Pengalaman memimpin dan dipimpin oleh difficult people, telah membuat banyak orang menjadi
pemimpin yang disegani.
Bukan tidak mungkin kita bakal menjadi pemimpin yang jauh lebih asertif setelah dipimpin
oleh imam yang amat keras dan diktator.

Akhirnya, penting untuk disadari bahwa manusia super sulit sebenarnya dapat
menunjukkan jalan ke surga, serta mendoakan kita masuk surga.
Karena, seandainya kita berhasil membalas hukuman dengan kesabaran, melawan hinaan dengan senyuman,
kiriman batu dibalas dengan kiriman bunga, bau busuk digantikan dengan bau harum,
kepentingan pribadi dihadapi dengan kepentingan bersama, bukankah kemungkinan masuk surga menjadi lebih tinggi ?

Kalau kita mau meyakini bahwa setiap orang yang kita temui dalam hidup adalah guru
kehidupan, maka guru terbaik kita sebenarnya adalah manusia-manusia super sulit, difficult people,
pemimpin yang otoriter itu, dan imam yang suka kentut di depan orang banyak itu .

1 komentar:

Anonim mengatakan...

tak ada yang sia-sia diciptakan kalo kita punya sudut pandang yang tepat.

btw kalo gak benar, dulu judulnya "Orang Brengsek Guru Sejati"