Senin, 03 November 2008

Mengambil Hikmah dari Semut

Memulai usaha sendiri, ternyata tidak mudah.
Mengawali segala sesuatu dari diri sendiri, ternyata cukup melelahkan.
Mendapatkan penghasilan dari apa yang dilakukan oleh diri sendiri, ternyata bukanlah hal yang sederhana.

Kalau dulu sewaktu masih bekerja di parik, semuanya sudah ada.
Orang ada, mesin ada, bahan baku pun tersedia, order? banyak.
Karena sudah ada order, sudah ada production planning, bagian produksi tinggal produksi aja.
Ingin melakukan re-dessign, paling cukup meminta para engineer untuk melakukannya.
Mau mencoba material baru, kita tinggal minta bagian purchasing untuk cari material.
Kalau ada perbaikan proses, paling-paling cuma ngumpulin team, bicarakan teknisnya, atur jadwal, monitoring, evaluasi.

Tapi sekarang, itu tak lagi bisa dilakukan.
Memiliki usaha sendiri walaupun sekecil ukuran kamar kos anak mahasiswa, tidaklah bisa dipandang sebelah mata.
Mesin-mesin produksi juga sebenarnya tidak gede-gede amat, tidak susah-susah amat.
Yang susah adalah mencari orderan bro!
Soalnya, tak ada orderan berarti tak ada kerja.
Tak ada kerja berarti tak ada pengiriman barang.
Tak ada pengiriman berarti tak ada pemasukan.
Tak ada pemasukan berarti ya tak bisa makan lah...!

Belum lagi masalah tenaga kerja.
Dulu, semuanya sudah ada, team kerja juga lengkap.
Sekarang? Lebih dari sekedar one for all, all for one.
Lebih dari sekedar satu orang ngerjain semuanya, atau semuanya dikerjain satu orang bro!

Menghadapi situasi sulit ini, hampir menangis memang...
Hampir terpuruk dalam kesedihan...
Tapi kemudian ingat tulisan yang amat bermakna tentang semut.
Mengingatkan untuk tetap tegar menghadapi ini semua.

Rekan,
Dari semut, manusia hendaknya bisa mengambil hikmah tentang kehidupan.
Dari semut yang amat mulia ini, ada hikmah yang harus diambil.

Saking mulianya makhluk ini, pernah suatu waktu Raja Daud berpesan kepada puteranya,” Anakku jika engkau nanti menjadi seorang raja yang akan memimpin bangsamu, ajaklah rakyatmu belajar dari para semut." Bahkan Muhammad SAW tokoh terbesar dalam sejarah peradaban manusia mengapresiasikan kekagumannya dalam sabdanya : “Belajarlah dari semut, kesabaran, pengorbanan dan fidaa’.”

Semut ngajarin kita untuk:
- Bertekad Tekad Pantang Menyerah
Lihatlah gerak-gerik semut dalam kesehariannya. Cobalah halangi laju jalannya dengan batu misalnya. Akankah dia berhenti dan pulang begitu saja? Tentu tidak, dia akan tetap berusaha mungkin mendaki batu tersebut atau berputar mencari jalan sendiri.
Konsep “winner never quit and quitter never win” benar-benar diterapkan. Tidak pernah kita melihat putus asa saat kita halang-halangi jalannya. Bahkan dia siap bertempur hingga tetes darah penghabisan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Semut adalah tipe pekerja, yang tiada kenal lelah bekerja mengumpulkan makanan sebagai bekal pada musim dingin. Tidak pernah sekalipun dia mangkir dari pekerjaan walaupun tidak ada satu semut yang mensupervisinya. Semua sadar, bahwa mereka harus bekerja dengan keras untuk kepentingan bersama.

- Perencanaan yang baik
Semut adalah binatang yang sangat bijaksana dan mampu mengendalikan diri. Mereka menyadari bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya. Mereka menyadari ada kalanya harus bekerja keras untuk mengumpulkan makanan dan ada waktunya untuk beristirahat. Ketika masa untuk bekerja datang, mereka akan menggunakannya untuk mengumpulkan bekal makanan. Karena mereka sadar ketika musim dingin tiba, mereka akan dapat beristirahat di dalam sarangnya yang hangat, dan penuh berkecukupan makanan.
Semut sangat jeli mengatur kepentingan dan kebutuhan mereka sendiri. Pernah sebagai utusan Tuhan, Sulaiman yang diberi kelebihan untuk berkomunikasi dengan semut melakukan “eksperimen” dengan meletakkan seekor semut dalam sebuah botol dan memintanya berapa banyak makanan yang dibutuhkan untuk bertahan. Si semut menjawab dua butir, maka dia memberikan dua butir, setelah satu tahun semut hanya memakan satu butir.
Sulaiman bertanya kepadanya mengapa tidak menghabiskan semua makanan tersebut? Semut menjawab, ketika dia berjalan karena Allah, dia mengetahui bahwa Allah tidak akan melupakannya, tetapi ketika Sulaiman memberikan makanan, dia mengetahui bahwa dia adalah manusia dan mungkin lupa – maka dia memakan satu butir dan meninggalkan yang lainnya untuk tahun berikutnya.

- Kerjasama team yang rapi
Semut tidak pernah bekerja untuk dirinya sendiri, mereka bekerja untuk tim. Kalau mendapatkan makanan yang ukurannya cocok bagi tubuhnya, biasanya semut membawanya sendirian. Kalau ukuran makanan terlalu besar atau kalau semut menemukan beberapa gundukan kecil makanan di suatu daerah, mereka mengeluarkan hormon beracun untuk mencegah semut lain agar tidak menghampiri daerahnya. Kemudian, mereka memanggil para pekerja lain, besar maupun kecil, untuk bersama-sama mengangkut makanan.
Dalam kehidupannya, semut juga mengenal pembagian tugas yang sangat sempurna. Semut besar memotong-motong makanan dan menjaganya dari hewan-hewan asing, sementara semut kecil membawa pulang makanan.
Berdasarkan pengamatan, ditemukan bahwa jika semut bekerja sama, mereka dapat mengangkat beban seberat 5000 kali berat yang dapat diangkat seekor semut pekerja. Seratus ekor semut dapat membawa seekor cacing besar di atas tanah dan bergerak dengan kecepatan 0,4 cm per detik.

Yuk ah belajar dari semut guna mencapai kesuksesan hidup.

(Sebagian tulisan di atas adalah tulisan Ahmad Arwani)

Sabtu, 18 Oktober 2008

Simpan Yang Perlu Saja!

Pindahan rumah.
Ini sudah yang ke beberapa kali, saya mesti pindah rumah, sejak tinggal di Batam.
Tentu saja tak pernah bosan, apalagi kali ini, pindah ke rumah sendiri.

Pindahan rumah.
Tentu yang paling repot adalah membawa barang2 yang akan dipakai di rumah baru.
Untuk itu, barang2 mesti dipilih.
Yang masih akan dipakai, disiapkan untuk dibawa.
Yang tidak akan dipakai, siap2 untuk dibuang.

Pindahan rumah.
Walah, ternyata di dalam rumah itu banyak banget ditemukan barang2 yang sudah tidak perlu lagi dipakai. Yang sebenarnya ndak ada lagi fungsinya.
Hanya karena waktu itu masih merasa sayang, ya akhirnya disimpan.
Mungkin waktu itu berpikir suatu saat akan bisa dipakai, jadi ya main taruh aja.

Pindahan rumah.
Apa yang terjadi?
RUmah nampak seperti gudang.
Makanya koq terasa sempit kali itu rumah.
Rupanya banyak barang yang tak perlu lagi.

Pindahan rumah.
Coba pengalaman menerapkan 5S di pabrik diterapkan juga di rumah.
Barangkali rumah akan terasa nyaman.
Mungkin akan betah berlama-lama di rumah.

Pindahan rumah.
Ambil saja yang perlu.
Buang yang tidak perlu.
Mari, pindah rumah dengan riang gembira...

Sabtu, 11 Oktober 2008

Do it yourself!


Jika kamu ingin sesuatu dilakukan dengan baik, lakukanlah sendiri!

If you want a thing well done, do it yourself!

Senin, 29 September 2008

Rabu, 24 September 2008

KELEDAI BODOH

Saya bingung ajah...
Bingung melihat mereka yang masih saja tidak mau belajar dari kesalahan.
Kesalahan yang dilakukan pada saat proses produksi, tentu mengakibatkan produk rusak. Biasa kan.
Bila terjadi produk rusak, tentu tak bisa dijual.
Bila tak bisa jual, tentu tak ada pemasukan.
Bila tak ada pemasukan, tentu tak dapat gajian.
Rasanya sesimpel itu kan urut-urutannya?

Namun, masih saja mereka melakukan kesalahan.
Anehnya ini bukan kesalahan baru, tapi kesalahan yang pernah dilakukan itu terulang kembali.
Eh bukan, tepatnya dilakukan kembali.
Ini bukannya tak disengaja, tapi mereka yang ceroboh, tidak mau memperhatikan tata cara berproduksi yang semestinya.
Sederhana banget.

Kata orang bijak: hanya keledai bodohlah yang terperosok pada lubang yang sama dua kali.
Jadi, kalau tidak mau dibilang keledai bodoh, tentunya tidak perlu melakukan kesalahan yang sama dua kali, bahkan lebih. Betul tak?

Barangkali kalau kita mau menyiapkan bahan dan peralatannya dengan baik,
Barangkali kalau kita mau melakukan sesuatu dengan urut-urutan yang sesuai,
Barangkali kalau kita mau melakukannya dengan tata cara yang benar,
Barangkali kalau kita mau memperhatikan kesalahan yang pernah dibuat,
Semuanya akan berbeda.
Tak ada lagi produk rusak.
Tak ada lagi biaya yang terbuang.
Tak ada lagi hal percuma.
Dan tak ada lagi yang namanya keledai bodoh itu!

Jumat, 19 September 2008

BELAJAR DARI SOCRATES

Kedukaan bisa datang dari ucapan yang tidak direncanakan, atau
telinga yang lupa menutup diri. Saya sering mengalami ini. Berbincang
dengan rekan-rekan, saling melempar canda, lalu, dari saling cerita
itu, duka bisa diam-diam menyelinap, ketersinggungan pun muncul tiba-tiba.
Dan luka datang tanpa dipanggil.

******

Suatu pagi, seorang pria mendatangi Sokrates, dan dia
berkata, "Tahukah Anda apa yang baru saja saya dengar mengenai salah
seorang teman Anda?"

"Tunggu sebentar," jawab socrates. "Sebelum memberitahukan saya
sesuatu, saya ingin Anda melewati sebuah ujian kecil. ujian tersebut
dinamakan saringan tiga kali."

"Saringan tiga kali?" tanya pria tersebut.

"Betul," lanjut Socrates. "Sebelum Anda mengatakan kepada saya
mengenai teman saya, mungkin merupakan hal yang bagus bagi kita untuk
menyediakan waktu sejenak dan menyaring apa yang akan Anda katakan.
Itulah kenapa saya sebut sebagai saringan tiga kali.

"Saringan yang pertama adalah `kebenaran`. Sudah pastikah bahwa
apa yang anda akan katakan kepada saya adalah kepastian kebenaran?"

"Tidak," kata pria tersebut, "Sesungguhnya saya baru saja
mendengarnya dan ingin memberitahukannya kepada Anda".

"Baiklah," kata Socrates. "Jadi Anda sungguh tidak tahu apakah hal
itu benar atau tidak. Hmm... sekarang mari kita coba saringan kedua
yaitu `kebaikan`. Apakah yang akan Anda katakan kepada saya mengenai
teman saya adalah sesuatu yang baik?"

"Tidak, sebaliknya, mengenai hal yang buruk".

"Jadi," lanjut Socrates, "Anda ingin mengatakan kepada saya sesuatu
yang buruk mengenai dia, tetapi Anda tidak yakin kalau itu benar.
hmmm... Baiklah Anda mungkin masih bisa lulus ujian selanjutnya,
yaitu `kegunaan`. Apakah yang Anda ingin beritahukan kepada saya
tentang teman saya tersebut akan berguna buat saya?"

"Tidak, sungguh tidak," jawab pria tersebut.

"Kalau begitu," simpul Socrates, "Jika apa yang Anda ingin
beritahukan kepada saya... tidak benar, tidak juga baik, bahkan tidak
berguna untuk saya, kenapa ingin menceritakan kepada saya?"

(Cerita socrates tadi di-copy paste dari sebuah email yg dikirim oleh tukangnt@***.com)

Kamis, 18 September 2008

ORANG BRENGSEK IMAM SEJATI

Dalam kesempatan membaca email dari sebuah milis, saya sempat membaca sebuah email
yang memuat tulisan dari Gde Prama. Tulisan itu memberi saya inspirasi untuk
menurunkan tulisan kali ini.

Cerita Gde Prama, pada suatu saat Bank Indonesia pernah amat senang mengundang Gde Prama
untuk menyampaikan presentasi mengenai Dealing With Difficult People, sebuah sesi dimana
Gde mencoba mengupas bagaimana menjauhkan dan membebaskan diri dari manusia-manusia sulit
yang memiliki karakter seperti keras kepala, suka menang sendiri, tidak mau bekerja sama,
tidak peduli dengan kepentingan orang banyak, dan lain-lain.
Menurut Gde, banyak di antara kita yang merasa bukan bagian dari manusia sulit, justeru
orang di luar sana lah yang termasuk golongan orang sulit. Dengan mudahnya,
menganggap orang lain sebagai biang masalah.
Padahal menurut Gde, ada baiknya membersihkan kacamata kita terlebih dahulu sebelum
melihat orang lain.
Kalau tidak sadar dengan kotornya kacamata kita, orang lain memang akan sangat mudah
dipandang kotor.
Seorang pemimpin, sebelum menyebut orang lain sulit diatur, pastikan terlebih dulu kalau
bukan dirinya yang tidak mampu mengatur.
Seorang imam yang keras kepala, maka orang lain berbeda pendapat sedikitpun akan dianggapnya
orang yang sulit.
Imam yang mudah tersinggung, melihat orang yang sedikit senyum saja sudah akan membuatnya
kesal.

Gde menyatakan bahwa manusia-manusia super sulit pada hakekatnya adalah guru terbaik kita.
Dari mereka kita bisa belajar banyak. Mengapa begitu?

Pertama, manusia super sulit seringkali mengajari kita dengan cara menunjukkan betapa
menjengkelkannya mereka.
Bayangkan saja, manakala orang ramai berdiskusi menyatukan pendapat, mencari berbagai
argumentasi untuk mendapatkan jalan keluar terbaik, ia mau menang sendiri.
Manakala orang belajar melihat dari segi positif, ia malah mencaci dan menghina orang lain.
Tetapi, ambil saja hikmahnya, saat bertemu dengan mereka ini, sebenarnya kita sedang diingatkan
untuk tidak berperilaku seperti mereka.

Kedua, manusia super sulit adalah sparring partner dalam membuat kita menjadi orang sabar.
Difficult people ini sering kali membuat panas kepala, mengurut-urut dada, bahkan menarik
nafas panjang, yang itu semua bisa diartikan tubuh dan jiwa kita ditarik menjadi lebih sabar.
Kepalan tangan yang awalnya sakit pada saat melakukan push-up, lambat laun apabila kita terus
melakukannya, maka rasa sakit akan tidak lagi terasa, kita semakin kebal.

Ketiga, manusia super sulit sering mendidik kita jadi pemimpin jempolan. Semakin
sering dan semakin banyak kita memimpin dan dipimpin manusia sulit, ia akan
menjadi Universitas Kesulitan yang mengagumkan daya kontribusinya.
Pengalaman memimpin dan dipimpin oleh difficult people, telah membuat banyak orang menjadi
pemimpin yang disegani.
Bukan tidak mungkin kita bakal menjadi pemimpin yang jauh lebih asertif setelah dipimpin
oleh imam yang amat keras dan diktator.

Akhirnya, penting untuk disadari bahwa manusia super sulit sebenarnya dapat
menunjukkan jalan ke surga, serta mendoakan kita masuk surga.
Karena, seandainya kita berhasil membalas hukuman dengan kesabaran, melawan hinaan dengan senyuman,
kiriman batu dibalas dengan kiriman bunga, bau busuk digantikan dengan bau harum,
kepentingan pribadi dihadapi dengan kepentingan bersama, bukankah kemungkinan masuk surga menjadi lebih tinggi ?

Kalau kita mau meyakini bahwa setiap orang yang kita temui dalam hidup adalah guru
kehidupan, maka guru terbaik kita sebenarnya adalah manusia-manusia super sulit, difficult people,
pemimpin yang otoriter itu, dan imam yang suka kentut di depan orang banyak itu .

Rabu, 27 Agustus 2008

PEMIMPIN DAN PERSAHABATAN

Dunia telah mengajari kita bahwa kita tak mungkin hidup sendiri.
Dunia telah memberi bukti bahwa tak ada keberhasilan tanpa bantuan orang lain.
Sehingga, menjadi tugas kita untuk hidup bermasyarakat.
Dan menjadi tugas seorang pemimpin untuk mengembangkan persahabatan yang tulus dan mulia.
Karena, tak ada yang mampu memberikan keikhlasan,
Sebab, tak seorang pun mau memberikan lebih dari apa yang anda minta,
selain seorang sahabat.

Banyak memang para pemimpin yang memuja kepada jabatannya,
Tidak sedikit pula para pemimpin yang begitu egois mementingkan dirinya sendiri,
Bahkan ada juga pemimpin yang sangat otoriter dan melupakan aturan bersama.

Kalau dipikir, rasanya tidak layak bagi seorang pemimpin memanfaatkan jabatannya untuk
kepentingan sempitnya sendiri.
Kalaupun itu terjadi, amatlah tidak layak.
Maka persahabatan bakal tidak lagi berdasar kepada ketulusan dan kemuliaan,
melainkan dipenuhi oleh tipu daya dan kelicikan.
Untuk yang seperti itu, ia takkan bisa memiliki sahabat tanpa menjadi sahabat bagi orang lain.

Menjadi pemimpin sekaligus menjadi sahabat.
Itu artinya, ia harus tetap menjalin kesetaraan dan sikap saling menghormati.
Ia pun harus bersedia memberi lebih dari yang diminta mereka.
Ia pun harus siap mau memikul beban mereka.

Menjadi pemimpin berarti menjadi sahabat bagi yang dipimpinnya.
Siap menjadi pemimpin berarti siap menjadi sahabat bagi pengikutnya.

Kamis, 21 Agustus 2008

MINTA MAAF MELALUI TINDAKAN

Gommennasai.
Itu adalah salah satu kata yang paling sering diucapkan oleh
orang Jepang.
Artinya adalah minta maaf.
Ya, orang jepang memang mudah sekali minta maaf.
Ini tentu tidak terlepas dari sikap orang Jepang yang sangat menjaga
perasaan orang lain.
Orang jepang selalu berusaha untuk tidak mengganggu orang lain.
Orang jepang selalu berusaha untuk tidak menyakiti perasaan orang lain.

Kaizen.
Ini juga sebuah kata dari bahasa jepang yang sering dipakai orang.
Artinya adalah perbaikan atau peningkatan.
Ya, orang Jepang memang selalu berusaha untuk memperbaiki sesuatu.
Ini tentu tidak terlepas dari sikap orang jepang yang selalu
berusaha untuk lebih baik lagi, lebih baik lagi.
Orang Jepang selalu berusaha untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.
Orang Jepang selalu berusaha belajar dari kesalahan yang pernah dibuatnya.

Orang Jepang punya cara untuk meminta maaf yaitu tidak hanya melalui
ucapannya, tetapi juga melalui perbuatannnya.

Mungkin kita berpikir bahwa meminta maaf akan membenahi semua persoalan.
Tetapi ada yang bilang, kata-kata di bibir takkan bisa menambal perahu bocor.
Tindakanlah yang menyelamatkan hubungan dari keretakan dan luka yang lebih dalam.
Untuk meluruskan kesalahan, nyatanya perlu tindakan. Kecil pun tak apa.
Ketulusan dari keringat yang mengucur perlu ditampakkan kepada orang lain.
Kesungguhan dari permintaan maaf perlu diejawantahan dengan tindakan.
Orang bijak bilang, kata-kata mungkin bersayap, namun tindakan adalah dahan untuk hinggap.

Minggu, 10 Agustus 2008

LEBIH DARI SEKEDAR BEKERJA BERSAMA

Di luar sana, hujan baru saja reda.
Sisa gerimis masih membasahi jalan di depan sana.
Terkadang kita terpana melihat akibat dari hujan deras yang baru saja lewat.
Terkadang kita terpaku melihat kejadian alam.
Terkadang kita terpesona melihat pohon palem di depan rumah menyeruakkan setangkai bunga pucat kekuningan.

Barangkali selama ini kita tak menyadari kehadiran pohon itu, sampai ia memanggil-manggil perhatian kita
melalui gerumbul bunganya.
Atau, barangkali kita juga acuh tak acuh pada
burung-burung gelatik yang bertengger di atas jendela kantor, karena memang
begitulah mereka biasa adanya.
Hingga pada suatu saat mereka memancing kekaguman kita lewat cericit anak-anaknya yang baru menetas
beberapa hari lalu.

Dalam kehidupan kita,
Seringkali banyak orang seolah tak kenal pada rekan kerja yang bertugas
di sisi lain gedung pabrik mereka,
Hingga suatu saat mereka menerima berita gembira tentang pernikahan atau kelahiran bayinya yang ke sekian.
Tak jarang sebagian kita tak tahu bagaimana rajinnya rekan kerja di departemen sana
bekerja.
Hingga suatu saat kita menerima berita gembira tentang adanya bonus pencapaian target.
Tak sedikit pula mereka tak tahu rekan-rekan kerja telah berupaya keras saling membantu agar kerja tim
memenuhi tengat waktu.
Hingga suatu saat mereka menerima berita gembira tentang adanya kerjasama baru yang telah tercapai.

Kita tak menyadari keberadaan rekan kerja kita
Kita tak menyadari arti penting keberadaan rekan kerja kita

Saat itulah biasanya kita baru sadar bahwa sesuatu telah terjadi di luar sana.
Saat itulah biasanya mereka baru terbuka bahwa rekan kerja telah melakukan sesuatu.
Saat itulah biasanya mereka kita paham bahwa rekan kerja telah tak lagi bersama kita.

Sesungguhnya, selalu ada kehidupan yang berjalan berdampingan dengan kesibukan kita sendiri.
Karena memang dunia milik semua orang.
Kita boleh memiliki rencana, tapi orang lain pun demikian.
Kita boleh menginginkan sesuatu, tapi orang lain pun demikian.
Kita boleh berjalan sendiri, tapi orang lain pun demikian.

Bila kita ingin sendiri, barangkali orang lain pun ingin sendiri.
Tapi bila kita mengajak orang lain untuk bekerja bersama, barangkali orang lain pun akan bekerja bersama kita.

Bila kita luput menyadarinya, mereka pasti akan berusaha mengejutkan kita.
Nampaknya, kesalahan terbanyak dari kita adalah hanya sekedar bekerja bersama,
tanpa menyadari bahwa kita pun hidup bersama.

Senin, 04 Agustus 2008

No Action Talk Only? NO!

Percaya atau tidak, selalu saja ada orang yang mengomentari apa yang dilakukan orang lain, atau apa yang disampaikan orang lain.
Tak peduli apakah anda atau kawan anda yang benar, tak segan-segan mereka mencari kelemahan orang lain untuk kemudian dikritik.

Disadari atau tidak,
Komentar negatif selalu melemahkan semangat orang lain.
Kritik yang tidak membangun selalu melukai orang lain.
Prasangka buruk selalu meninggalkan luka di hati orang lain.

Mereka memang boleh ngomong apa saja di alam raya ini.
Mereka memang berhak menyampaikan pendapat berlawanan sekalipun.
Mereka memang bisa tidak setuju dengan apa yang dilakukan orang lain.

Tapi tahukah bahwa mereka takkan pernah sungguh-sungguh memenangkan semuanya.
Pasti mereka kehilangan sesuatu, paling tidak pengendalian diri mereka.

Ada pepatah yang mengatakan, bila dua ekor gajah bertarung, pelanduk kecil mati di
tengah-tengahnya. Namun, di kejauhan segerombolan burung pemakan bangkai yang cerdik menunggu dengan sabar kejatuhan salah satu gajah petarung.
Bahkan mungkin mereka juga menunggu kejatuhan pelanduk-pelanduk kecil.
Karena, burung pemakan bangkai mereka memang tak peduli pada siapa pun yang tersungkur.
Bagi mereka, dalam pertengkaran selalu ada peluang untuk dimanfaatkan. Maka,
secerdik-cerdiknya siapapun dalam memenangkan pertengkaran, jauh lebih cerdik jika
tenaga yang ada dihemat untuk memahami perbedaan.

Dalam sebuah tim yang bekerja bersama, perbedaan sangat mudah ditemukan.
Kritikan dan prasangka negatif juga tidak sulit dilontarkan begitu saja.
Tapi tak ada yang akan mengambil manfaat dari itu semua.
Malah, sakit hati dan perasaan sedih yang mungkin mengemuka.
Bahkan perasaan kecewa karena kerjanya tidak dihargai sangat mungkin ada.
Perkawanan akan menjadi korban.

Stop kritik yang tidak memberi solusi!
Stop prasangka negatif yang membuat orang lain sakit hati!
Stop banyak bicara tanpa kerja yang pasti!

Mari lakukan apa yang masing-masing dari kita bisa lakukan.
Mari berdiri pada posisi masing-masing.
Mari bekerja sesuai kemauan dan kemampuan masing-masing.

No Action Talk Only? NO!

Sabtu, 02 Agustus 2008

LAKUKAN, MESKI SEDERHANA

Mungkin anda jarang melakukan ini, tapi mari kita coba lakukan.
Melakukan hal yang sederhana. Hal yang sederhana tapi berguna.

Hari ini coba cari barang, yang menurut anda paling sepele, tidak perlu nyari di mall atau super market, cukup saja di rumah anda.
Mungkin anda bisa mulai dari tutup tube pasta gigi yang tak terpakai. Coba perhatikan bagaimana bentuknya. Anda akan temukan sebuah bentuk yang sangat menarik, ukuran yang pas dengan pegangan, desain yang mantap (pake p ya), dan dengan ulir di bagian dalam yang teliti dan tepat.
Pernahkah anda membayangkan, bahwa pasti ada seseorang yang berjam-jam, berhari-hari dan bermalam-malam memikirkan bagaimana merancang barang sekecil itu agar bisa digunakan? Pernahkah anda membayangkan juga, pasti ada orang lain yang berhari-hari bahkan berminggu-minggu menyiapkan cetakan, membuatnya, mengujinya sampai menghantarkannya ke hadapan anda?

Sebelum anda buang barang yang wujudnya tampak begitu sederhana, temukan sesuatu yang luar biasa yang menjadikannya terwujud dengan baik. Apakah itu, yaitu sebuah usaha keras manusia.
Usaha keras untuk menghadirkan barang yang bermanfaat bagi kemudahan dan kesejahteraan hidup kita. Usaha keras yang sebenarnya menjadi tugas utama kita pada sesama: menjadi sesuatu yang berguna, meski apa yang kita lakukan itu tampaknya begitu sederhana.

Hari ini coba cari sesuatu, yang menurut anda paling sepele, tidak perlu nyari di mall atau super market, cukup saja di sekitar anda. Tempat kerja anda, sekitar lokasi bermain anda, atau komunitas di mana anda biasa kongkow-kongkow.

Mungkin anda bisa mulai dari apa yang sedang menjadi tujuan bersama yaitu mempersiapkan sebuah kegiatan bersama. Coba perhatikan bagaimana kawan-kawan anda bergerak, mengambil posisi masing-masing dan bekerja sesuai kemampuannya. Ada yang meembuat proposal, ada yang mencari sponsor, ada yang membuat desain flyer, ada yang menyiapkan kaos, ada yang ngusulin desain id card, stand banner, dan lain-lain.
Anda akan temukan sesuatu hal yang sangat menarik, hal kecil yang pas dengan kemampuan masing-masing, desain yang mantab (kali ini pake b ya), dan dengan sentuhan dedikasi yang kuat yang nampak dari hasilnya.

Pernahkah anda membayangkan, bahwa pasti ada seseorang yang berjam-jam dan bermalam-malam memikirkan bagaimana melakukan itu semua?
Pernahkah anda membayangkan juga, pasti ada orang lain yang berhari-hari bahkan tidak tidur menyiapkan itu semua sehingga saat ini kelihatannya lancar-lancar saja?

Sebelum anda lupakan sesuatu yang wujudnya tampak begitu sederhana ini, temukan sesuatu yang luar biasa yang menjadikannya hal terbaik.
Apakah itu, yaitu sebuah usaha keras manusia. Usaha keras kawan-kawan anda.
Usaha keras untuk menghadirkan sesuatu yang bermanfaat bagi tujuan bersama.
Usaha keras yang sebenarnya menjadi tugas utama kita pada sesama: melakukan sesuatu yang berguna, meski apa yang kita lakukan itu tampaknya begitu sederhana.

Kamis, 31 Juli 2008

MEREDAM KEBENCIAN

Benci.
Benci disini bukan kepanjangan dari bener-bener cinta.
Tapi benci sebenar-benarnya arti benci.
Tidak suka. Tidak senang.
Bisa karena dikecewakan.
Bisa karena disakiti.
Bisa karena hal sepele, tersinggung.

Diri kita, rasa benci yang sedang melanda, dan orang lain yang menjadi sasaran kebencian,
bisakah dipisahkan?
Dibiarkan begitu saja rasa benci itu seperti api di udara yang sekejap lenyap, bisakah?
Tak membiarkan orang lain sebagai kayu bakar untuk dihanguskan oleh api kebencian, bisakah?
Bila jawabannya adalah bisa, maka kita telah melangkah setapak menuju ruang batin yang jauh
lebih tenang, yang tak tersentuh oleh api kebencian.

Katanya, kunci membuka ruang hati yang damai dimulai dengan meredam kebencian pada
orang lain, dan bukan meredam kebencian itu sendiri.
Katanya, kekeliruan yang sering tak kita sadari adalah kita ingin membuang rasa benci,
namun kita tetap mengingat-ingat kepada siapa kita membenci.
Katanya, rasa benci tak memiliki daya, sampai kita menemukan obyek untuk dibenci.
Sebagaimana api di udara, takkan membakar sampai ia menemukan kayu untuk dihanguskan.

Redamlah kebencian itu.

MALU BERUSAHA? NO WAY...

Beberapa saat terakhir ini saya memang rajin melihat sekeliling.
Lebih dari itu, seringnya malah melihat ke atas, ke langit biru, ke bintang-bintang yang berkemilau di malam hari.
Bertanya kepada Sang Pencipta, melihat sekeliling untuk mencari jawaban.

Saya ingin ajak anda melihat sekeliling. Mari kita lihat sekeliling.
Mari bertanya tentang rejeki.
Ternyata yang namanya rejeki itu, bisa datang dari mana pun arah asalnya, selama manusia mau berusaha.
Lihatlah seorang bapak mengayuh sepeda keluar masuk gang menjajakan dagangan. Pada akhir hari ia mengantungi beberapa lembar penghasilan untuk penghidupannya esok hari.
Seorang lelaki muda berpanas-panas bekerja sebagai kuli aspal, membuat jalan. Dibiarkannya kulitnya menghitam legam. Itu pun jadi penghidupan bagi diri dan keluarganya.
Bahkan, seorang pemuda mengamen di persimpangan jalan demi sekeping dua keping uang logam, toh tak menyempitkan jalan bagi sesuap dua suap nasinya hari itu.

Dari mereka, saya belajar bahwa apa pun yang kita usahakan, selama keringat menetes, selama upaya terus ditegakkan, maka tak ada keraguan bagi datangnya rejeki pada kita.
Rejeki bisa datang dari arah yang tidak kita sangka.

Tidak bekerja pada orang lain, atau tak ada pekerjaan, berhenti bekerja dari pabrik yang selama ini menjadi sandaran hidup kita, barangkali adalah momok bagi sebagian besar warga Batam yang didominasi pekerja.
Mencoba usaha menjual pulsa elektronik, membuatkan panganan kecil bagi keluarga yang mau syukuran, menerima jahitan baju dari tetangga sebelah, dan banyak contoh lain usaha kecil-kecilan masih tabu dilakukan oleh kita.

Tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah.
Saatnya bagi saya untuk tidak lagi memilah-milah orang lain berdasarkan banyak sedikitnya penghasilan yang diperoleh. Karena pada dasarnya bukan itu persoalannya. Bukan pada berapa hasil yang kita kumpulkan, melainkan pada bagaimana upaya kita memperolehnya.
Saatnya bagi saya untuk tidak melupakan pandangan dari satu pelajaran: yaitu, betapa pemurahnya semesta ini bila kita mau berusaha, dan sama sekali tak malu berupaya.

Barang siapa ingin merubah nasibnya, maka ia harus berupaya mengubahnya sendiri.
Percayalah, di balik kesulitan yang kita hadapi, akan selalu ada kemudahan.

Sabtu, 14 Juni 2008

TERUS BEKERJALAH!

Apapun yang terjadi di muka bumi,
Sang mentari tak pernah beristirahat sedetik pun dari kerjanya,
Ia terus memancarkan sinarnya,
Ia terus menebarkan kehangatan ke seluruh galaksi raya.

Karena itu, tak ada alasan yang lebih baik untuk keberadaan kita disini,
Selain bekerja, mengubah energi dari dalam tubuh menjadi kebaikan bagi semesta raya.

Mungkin orang lain terus sibuk berbicara,
Mungkin orang lain bertingkah bermacam rupa,
Bagi diriku, baiknya tetaplah bekerja,
Bagi diriku, baiknya teruslah berkarya.

Barangkali orang lain berdiam diri tak tahu harus berkata apa,
Yang terbaik untukku adalah terus bekerja.

Barangkali orang lain ramai saling tuding saling menyalahkan,
Yang terbaik untukku adalah tetap berkarya.

Mentari adalah aku.
Aku adalah mentari.
Yang terus bekerja dan berkarya.

HIKMAH DI BALIK PERUBAHAN

Tiada yang abadi di dunia ini, dan bahwa segala sesuatu pasti berubah.
Sebuah kalimat yang penuh dengan keniscayaan.

Kondisi selama ini yang menggantungkan hidup dari bekerja di pabrik, kini telah berubah, berhenti bekerja di sana karena pabrik ditutup.
Begitu cepat berubah.

Selama ini bekerja untuk orang lain, tapi mulai saat ini harus berubah, harus bekerja untuk diri sendiri.
Siapkah? Tak perlu dijawab. Toh tidak siap pun, kondisi ini akan dialami.
Ambil saja hikmah dari perubahan ini.
Kalau selama ini digaji orang lain, tapi mulai saat ini harus berubah, tidak lagi menerima gaji.
Mungkin harus mulai bisa menggaji orang lain.
Mungkin harus mulai bisa memberi pekerjaan ke orang lain.

Matahari terbit dan terbenam. Bintang bercahaya lalu kelam. Siang berganti malam, malam berganti siang.
Bukankah kita tidak harus mencemaskan semua yang ada?
Bukankah kita tidak harus hanyut dalam semua perubahan.
Cukuplah mulai memahami, bahwa ada sesuatu bersembunyi di balik semua itu.
Ada hikmah di balik perubahan itu.
Sesuatu itu, yang tanpa disadari yang kita cari-cari selama ini.
Sesuatu itu adalah secercah ketenangan hati.

Selasa, 20 Mei 2008

DIAM

Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa kesempatan hanya didapat bila mereka bergerak,
berbicara atau mengambil tindakan.
Maka kemudian mereka berlomba-lomba untuk bergerak riang gembira, bahkan beradu cepat.
Dan ada pula yang beranggapan bahwa kesempatan yang paling baik akan datang
pada saat kita tenang, diam dan terpekur.
Ada pula orang bijak yang berkata bahwa kesempatan datang secara diam-diam.
Maka bila kita sibuk bersuara, bagaimana kita bisa mendengar jejak langkahnya yang senyap?
Maka bila kita tak cukup awas, bagaimana kita bisa melihat kehadirannya yang samar?
Maka bila kita terus bergerak, bagaimana kita bisa menyentuh wujudnya yang lembut?

Cobalah untuk diam.
Cobalah untuk hening.
Cobalah untuk tak bergerak.

Arahkan telinga untuk mendengar yang hampir tak terdengar.
Arahkan hati untuk berpikir yang selama ini tak terpikir.

(Sebuah tulisan sebagai pembenaran bagi yang suka melamun, halah...!)

Jumat, 09 Mei 2008

Mulai dari Tetangga Terdekat

MTT-lah. Mulailah dari Tetangga Terdekat.
Seringkali kondisi hubungan kekerabatan di lingkungan kantor dan di lingkungan rumah berbeda. Bahkan amat berbeda.
Tidak sedikit orang yang mampu bersikap sempurna dalam lingkungan kerjanya, namun seolah kehilangan kepribadian itu saat berada di lingkungan rumah mereka.
Mungkin, saya adalah salah satu di antaranya.
Dan ternyata tidak hanya itu, bagi mereka mengundang decak kagum orang lain atas prestasi profesinya adalah mudah sekali, tetapi meraih simpati tetangga terdekatnya adalah sulit sekali.
Mengapa? Bukankah kebaikan tetaplah kebaikan dimana pun ia berada?
Bila "sikap baik" tergantung pada tempat dan waktu, maka "kebaikan" itu hanyalah topeng penutup keburukan yang lain.
Ajaran moral para bijak tua itu sederhana saja, katanya, bersikaplah paripurna. Kapan pun. Di mana pun. Bahkan meski anda hanya seorang diri.
Pepatah mengatakan, jangan tebarkan aroma masakanmu ke tetangga sebelah bila kau tak berkenan membaginya pada mereka.
Jangan anda banggakan kehebatanmu di seberang pulau sana, bila tetangga sebelah rumah tak sekali pun merasakan kehebatan itu.
Mulailah dari yang dekat. Mulailah dari tetangga kita sendiri.

Rabu, 23 April 2008

Tokoh Muda

Berhubung belum sempat nulis, berikut adalah copy paste dari Headline Koran Tempo Minggu, 20 April 2008 mengenai "Tokoh Muda", oleh PUTU SETIA.

Dalam bahasa anak muda, "Kalian sudah uzur, istirahat sajalah, jangan ngurus macam-macam."
Sebuah karikatur di "tabloid istana" menyindir Wiranto dan Megawati sebagai kakek dan nenek. Imajinasi yang mau digiring adalah bahwa mereka itu sudah tua. Dalam bahasa anak muda, "Kalian sudah uzur, istirahat sajalah, jangan ngurus macam-macam."

Pramono Anung, tokoh setia di samping Megawati, memprotes keras. Pengelola tabloid yang menyuarakan kubu Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ini cepat-cepat minta maaf. Jadi, tidak sampai menjadi bola salju yang bisa ditendang ke mana-mana.

Zaman sudah berubah. Di masa lalu, partai besar punya koran. Andaikata di era ini semua partai besar punya koran (yang pasti tidak akan laku secara bisnis), Pramono tak perlu protes. Kubu Megawati akan membalas karikatur itu dengan menggambarkan Susilo Bambang Yudhoyono juga seorang kakek, bahkan mungkin dengan dramatisasi: kakek yang ragu berjalan sehingga langkahnya tersendat, kakek yang berpoco-poco.

Untunglah, ini tak terjadi dan orang sudah melupakan karikatur kakek dan nenek itu. Yang tak boleh dilupakan, sejatinya semua tokoh itu sudah berstatus kakek dan nenek. Katakanlah, dengan istilah keren, "kakek bangsa" dan "nenek bangsa". Sederet nama bisa ditambahkan di jajaran ini, misalnya Wiranto, Abdurrahman Wahid, Hamzah Haz, dan banyak lagi.

Kalau mereka tidak mau istirahat, rakyat yang mengistirahatkannya dengan segala hormat. Pemilihan kepala daerah di Jawa Barat menjadi contoh paling akhir. Kurang apa lagi pengalaman "kakek" kita yang satu ini, Agum Gumelar. Pernah menjadi menteri dengan gonta-ganti pos, pernah memimpin organisasi sepak bola, olahraga yang paling memasyarakat. Pernah menjadi calon wakil presiden. Semua dicatat rakyat. Lalu, Kakek Agum didukung partai besar, partai banteng gemuk bermoncong putih. Namun, rakyat membutuhkan orang muda yang "darahnya" segar, yang belum banyak dimasuki "virus". Pilihan pada pasangan Ahmad Heryawan-Dede Jusuf.

Siapa Dede? Ah, hanya aktor film, bintang iklan obat sakit kepala. Siapa Agum? Wow, tentara pilihan, ketua alumni Lemhannas, mantan menteri ini-itu. Rano Karno, kini Wakil Bupati Tangerang, juga hanya aktor film. Rakyat memilih Dede dan Rano pertama-tama karena mereka anak muda, dan kedua karena rakyat mengharapkan munculnya tokoh segar di dunia birokrasi.

Rakyat sekarang ini cerdasnya bukan main. Selain itu (maaf sekali, para rakyat), juga licik. Dikatakan cerdas karena tahu, memilih bupati, gubernur, dan presiden tak ada kaitan dengan memilih partai. Partai boleh mengusung siapa saja. Kalau rakyat tak suka figur itu, ya, tak dicoblos. Licik? Tentu. Baju kaus calon gubernur diterima, uang kampanye diambil, bantuan diminta. Pas pencoblosan, semua barang dan uang itu dilupakan. Pada pemilihan Bupati Gianyar, Bali, tempo hari, saya terkesima dengan pilihan rakyat. Siapa menduga di kandang banteng, di tempat ribuan orang mengelu-elukan Megawati saat kampanye, calon dari partai banteng malah kalah. Ya, karena rakyat butuh pemimpin yang segar.

Lalu, kenapa Rano dan Dede? Karena anak muda yang ada di jajaran partai (sebut, misalnya, Pramono Anung, Anas Urbaningrum, Soetrisno Bachir) masih dikeloni kakek dan nenek partai. Tokoh muda partai tak ada yang berani bilang "tidak" pada kakek dan neneknya. Lihat saja, simpati datang pada Muhaimin Iskandar justru saat ia berani melawan. Kalau anak-anak muda di partai tak bisa melepaskan belenggu ini, ya, apa boleh buat, dunia artis masih banyak stok, ada Tantowi Yahya, ada Garin Nugroho, dan sederet lagi yang punya otak dan integritas. ***

Kamis, 17 April 2008

Negeri Zaman Edan

Berikut adalah copy paste dari Opini Media Indonesia, Rabu, 16 April 2008 07:27 WIB, ditulis oleh : Benny Susetyo, Pendiri Setara Institut.

ANTREAN minyak tanah di berbagai daerah menunjukkan pemerintah sudah kehilangan cara untuk tidak membuat rakyatnya menderita. Penderitaan demi penderitaan terus disodorkan kepada rakyat.

Para pejabat tentu tidak pernah merasakan antre minyak tanah, saling berebut dan saling sikut. Pemerintah tidak cepat tanggap. Dengan situasi ini, bagaimana menyatakan program konversi minyak tanah sebagai suatu langkah tanggap dan sebuah keberhasilan?

Kita sudah memasuki zaman yang oleh Ronggowarsito disebut sebagai zaman edan. Betapa tidak, di negeri sesubur dan sekaya Indonesia, masyarakatnya berjejer antre minyak dan beras. Busung lapar dan kelaparan tersebar di berbagai wilayah. Atas semua itu, rasa-rasanya pemerintah nyaris tidak bisa berbuat apa-apa.

Operasi bahan-bahan pokok tidak memperoleh hasil maksimal. Yang miskin tetap saja makan nasi aking. Mereka yang antre beras itu sebagian besar juga para petani kita dan mereka yang antre minyak itu adalah rakyat yang memahami bahwa Indonesia adalah negeri kaya raya.

Bagaimana ini semua bisa terjadi? Jawaban klasik yang selalu mengandung kebenaran adalah karena kelalaian pemerintah dalam menegakkan ketahanan bahan dasar pokok. Ketika segala sesuatu diselesaikan atas nama tekanan ekonomi internasional dan subsidi atas bahan-bahan pokok juga dilakukan 'atas nama rakyat', pada akhirnya bisa disaksikan semua kegagalan itu menjadikan rakyat sebagai korban.

Pencabutan subsidi BBM dilakukan, impor beras, konversi minyak tanah, dan lainnya dilakukan demi kesejahteraan rakyat. Logika ini begitu pelik dan susah dipahami rakyat. Faktanya adalah kesulitan demi kesulitan. Betapapun mulia niat pemerintah bila diterapkan dalam situasi yang membuat menderita, kemuliaan itu tak pernah diapresiasi rakyat sebagai langkah sungguh-sungguh kecuali lagi-lagi menjadikan rakyat miskin sebagai korban.

Daulat kita ditekuk. Kita bahkan hampir tidak lagi memiliki kedaulatan untuk menentukan masa depan. Itu merupakan dampak fatal ketika roda ekonomi dikendalikan oleh mereka yang berdiri di balik liberalisme. Demi itu semua, semua produk kebijakan dibuat untuk melindungi kepentingannya.

Ujung-ujungnya adalah mencabut subsidi rakyat miskin. Privatisasi dan swastanisasi sudah merasuki semua sektor kehidupan. Inilah yang membuat bencana bagi rakyat miskin. Air, tanah, dan udara bukan milik semua, melainkan milik orang kaya.

Di sisi lain, ketidakmampuan pemerintah menghapuskan biaya tinggi (hight cost) di berbagai sektor itulah yang membuat kita sulit keluar dari krisis, termasuk kebijakan kenaikan harga BBM pun tidak akan mengubah nasib kaum miskin semakin baik. Kaum miskin hidupnya semakin tersisih dalam daya tawarnya terhadap kekuatan global yang sekarang ini telah merasuki kekuatan politik dan pasar. Kekuatan global ini sekarang telah menguasai hajat hidup kehidupan ekonomi kita.

Derita kemiskinan
Derita kemiskinan akibat kekeliruan kebijakan-kebijakan struktural seperti inilah yang begitu sering terjadi. Bukannya mempersoalkan bagaimana memberikan langkah yang akurat untuk mengatasi kemiskinan secara tepat, terukur, dan membawa hasil yang jelas, melainkan rakyat miskin sendiri sering 'disiksa'.

Sudah semenjak dulu, kemiskinan hanya dijadikan alat atau isu belaka.
Tidak pernah dicarikan jalan keluar secara serius untuk mengatasi kemiskinan itu sendiri. Kemiskinan menjadi isu yang terbaik untuk mencari dukungan rakyat miskin. Sungguh ironis karena tanpa elite menyadarinya, mereka terlalu sering memanfaatkan rakyat miskin untuk kepentingan diri sendiri.

Sumber dari segala sumber bencana negeri ini sangat mungkin terjadi karena selama ini kebijakan tidak diarahkan atau berpihak pada penguatan masyarakat kecil. Kebijakan ekonomi terlalu mendongak ke atas dan tak jarang menjadikan rakyat kecil sebagai 'batu injakan' saja. Alih-alih memperkuat ekonomi rakyat dan memperjuangkan dengan sungguh-sungguh nasib rakyat dari derita kemiskinan dan pengangguran, justru yang terjadi kesejahteraan rakyat kecil diabaikan.

Ketidakmampuan elite untuk menjaga ketersediaan bahan pokok memberikan perlindungan dan kesejahteraan dasar kepada rakyat sering ditutup-tutupi dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal. Fakta bahwa rakyat kekurangan bahan dasar berkehidupan tidak pernah diselami sebagai permasalahan akut bahkan darurat. Dalam hal ini, jelas penguasa tidak pernah mau menyadari kesalahan dirinya sendiri.

Berbagai problem kebutuhan sehari-hari datang silih berganti. Belum selesai satu masalah, muncul masalah lainnya. Kelangkaan minyak tanah, kedelai, minyak goreng, sampai gabah dan beras bukanlah masalah kelangkaan biasa. Di dalamnya sarat makna tentang kegagalan negara mengatur lalu lintas penyediaan kebutuhan dasar rakyat. Di negeri yang subur ini, rakyatnya kekurangan beras dan bahkan ada yang makan nasi aking. Sampai kapan rakyat harus antre bahan-bahan pokok?

Jumat, 11 April 2008

Inspirator (2)

“Bodoh sekali jika kita takut menghadapi apa yang tidak bisa kita hindari”
(Peribahasa Latin)

Kamis, 10 April 2008

Suap (lagi)

Indonesia nampaknya memang masih menjadi negara yang subur dengan praktek suap.
Buktinya, kasus-kasus suap semakin banyak yang terungkap.
Yang terakhir adalah kemarin,
Rabu (9/4) pukul 02.00 di Hotel Ritz Carlton, kawasan Mega Kuningan, Jakarta.
AANN, anggota Komisi IV DPR, digerebek aparat KPK saat menerima suap dari AZ, sekretaris daerah Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.
Katanya, suap itu untuk mempermulus pengalihan fungsi hutan lindung menjadi kawasan industri dan ibu kota Bintan.
Sebagaimana diketahui, pengalihan hutan lindung di Desa Bintan Buyu menjadi ibu kota kabupaten itu kian berlarut-larut karena izin Menteri Kehutanan baru akan turun bila ada persetujuan dari DPR.
Karenanya, AZ yang menjabat ketua Tim Percepatan Pembangunan Ibu Kota Bintan lantas melobi AANN, seorang anggota DPR
untuk memuluskan alih fungsi hutan lindung.
Menurut Jawa Pos, kawasan hutan lindung yang bakal dikonversi itu seluas 8.000 hektare. Sebagian besar lahan, 7.300 hektare, diperuntukkan sebagai central bussines development alias pusat bisnis dan perumahan. Sekitar 200 hektare lainnya untuk kantor pemerintahan. Kabarnya, di belakang perubahan alih status hutan ada kepentingan salah satu konglomerat.
Astaga dot com.
Indonesia..., duh Indonesia.
Kebiasaan suap, sogok menyogok masih saja dipelihara.
Siapapun bisa melakukan suap, siapapun bisa disuap. Parah.

Di sekitar dunia pekerja dan organisasi pekerja, issue suap juga sudah menjadi berita yang biasa didengar.
Terutama pada saat pembahasan upah atau UMK / UMS.
Katanya, perwakilan pekerja bisa diiming-imingi uang, atau disuap
supaya menyetujui kenaikan upah yang tidak terlalu tinggi.
Untuk kepentingan pribadinya, perwakilan pekerja yang duduk di dewan pengupahan ini rela melakukan tindakan memalukan ini.
Mudah-mudahan saja berita miring seperti ini hanyalah kabar burung dan tidak benar.

Pekerjaan rumah bagi kita semua, pekerja adalah memikirkan metode terbaik supaya siapapun pemimpin organisasi pekerja, aktifisnya, dan perwakilan pekerja selalu berjuang demi anggota-anggotanya, dengan mengenyampingkan kepentingan pribadinya.
Kita juga mesti menyadari bahwa
pemimpin organisasi pekerja, aktifisnya, dan perwakilan pekerja adalah juga manusia, sebagaimana seorang rocker.
Maka, pengorbanan mereka meluangkan waktu, tenaga dan mungkin juga biaya untuk perjuangan pekerja perlu dihargai dengan pantas. Dengan demikian mereka akan cukup kuat dari godaan menerima suap.
Jangan sampai suap-menyuap tumbuh berkembang di dalam pergerakan perjuangan pekerja.
Semoga.

(Gambar dari sini)


Selasa, 08 April 2008

Sadarkah kita?

Tanyakan pada diri sendiri, sadarkah kita bahwa:
Kita harus senantiasa melihat ke depan.
Karena itulah, kita memiliki dua mata di depan.
Lihatlah cita-cita ke depan, lihatlah kondisi yang lebih baik di depan.

Tanyakan pada diri sendiri, sadarkah kita bahwa:
Kita harus senantiasa mendengar dari kanan dan kiri.
Karena itulah, kita memiliki dua telinga di kedua sisi.
Dengarlah kritik, dengarlah pujian, dengarkan mana yang benar.

Tanyakan pada diri sendiri, sadarkah kita bahwa:
Kita sudah kaya, kita tidak miskin.
Karena kita memiliki otak yang tersembunyi di kepala sehingga tak seorang pun dapat mencuri isi kotak kita yang lebih berharga dari segepok permata.
Pakailah otak untuk berpikir kreatif, berpikir konstruktif.

Tanyakan pada diri sendiri, sadarkah kita bahwa:
Kita hanya memiliki satu mulut, cukup satu mulut.
Karena mulut berpotensi menjadi senjata tajam yang dapat melukai, memfitnah bahkan membunuh.
Bicaralah seperlunya, perbanyak melihat dan mendengar.

Tanyakan pada diri sendiri, sadarkah kita bahwa:
Kita hanya memiliki satu hati, cukup satu hati.
Karena hati dapat menghargai dan memberikan kasih sayang dari lubuk hati yang terdalam.

Mari,
Belajar untuk mencintai orang lain, tanpa berharap orang lain mencintai anda.
Bekerja untuk kebaikan bersama, tanpa berharap pamrih.
Berjuang untuk kesejahteraan bersama, tanpa berharap imbalan.
Berusaha untuk menjaga ukhuwah, tanpa pernah menyerah.
Berjalan untuk menjadi contoh, tanpa harus berambisi.
Berlari untuk mengejar impian, tanpa membuat lubang.
Berikan cinta tanpa mengharapkan balasan, insya allah hidup ini akan menjadi lebih indah.

(Gambar dari sini)

Minggu, 06 April 2008

Menjadi Anggota Dewan = Menjadi Kaya?

Banyak teman yang beranggapan bahwa menjadi seorang pekerja atau seorang buruh atau seorang karyawan atau seorang pegawai tidak mungkin bisa menjadi kaya.
Dengan gaji yang sebesar UMK adalah hal yang mustahil bila merindukan diri menjadi seorang yang memiliki segala sesuatunya secara materi.
Maka kemudian ada yang menyelutuk, "Kalau pengin kaya, jadilah anggota Dewan!"
Sebagai anggota Dewan, gajinya lebih dari cukup, berlipat-lipat dari UMK, bahkan tidak lagi menjadikan UMK sebagai standar, tambahnya.
Berbagai tunjangan pun didapat.
Belum lagi kunjungan ke sana kemari yang tentu saja bisa menambah tebal kantongnya. Atau studi banding ke kota ini ke kota itu tanpa perlu pertanggungjawaban dan kegiatan tindak lanjut, katanya lagi.

Simpel sekali.
Rupanya ada yang berkeinginan menjadi seorang anggota Dewan agar bisa jadi kaya.
Agar enak tanpa perlu kerja keras.
Agar enak jalan ke sana kemari dengan mudah.

Fakta memang menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil seorang pekerja / buruh / karyawan / pegawai yang terlahir kaya.
Sebagian besar seorang pekerja / buruh / karyawan / pegawai adalah orang-orang yang biasa bekerja keras dari pagi sampai malam, terkadang berjam-jam kerja lembur dengan bayaran pas-pasan.

Tetapi fakta juga menunjukkan bahwa sebagian besar seorang pekerja / buruh / karyawan / pegawai yang menjadi anggota Dewan kemudian berubah menjadi kaya dalam waktu sekejap.
Haruskah menjadi anggota Dewan karena alasan materi agar jadi kaya?

Jumat, 04 April 2008

Inspirator

“ Kita berbicara jujur hanya kepada diri kita sendiri, tetapi
kadang-kadang kita berbicara cukup keras agar orang lain bisa
mendengarnya. ”

(Kahlil Gibran)

Kamis, 03 April 2008

Siapa Yang Paling Bertanggung Jawab?

Harga sembako semakin mahal.
Tarif listrik dan air bakal naik (lagi).
Sementara gaji pekerja tetap segitu.
Dan, jalan-jalan tetap saja berlubang.
Banjir pun terjadi di mana-mana.
Belum lagi pendidikan yang semakin mahal.
Tapi, pemerintah cuma punya hajatan seremonial, peresmian ini peresmian itu.
Tak ada kemajuan berarti.
Anggota dewan pun tak bergigi.
Asyik dengan kunjungan kesana kemari, tanpa arti.
Ini salah siapa?

Kalau Anda ingin menyalahkan orang yang paling bertanggung jawab atas kegagalan pembangunan di Kota Batam, maka Anda bisa mulai dengan menyalahkan diri sendiri.
Kenapa demikian?
Karena Andalah sendiri yang mengambil keputusan untuk tidak melakukan apa-apa.
Dan untuk tidak menjadi apa-apa.
Ini bukan kesalahan Walikota. Ini salah Anda mengapa tidak jadi Walikota.
Ini bukan kesalahan anggota dewan. Ini salah Anda mengapa tidak jadi anggota dewan.
Ini bukan kesalahan Direktur PLN. Ini salah Anda mengapa tidak jadi Direktur PLN.
Ini bukan kesalahan Direktur ATB. Ini salah Anda mengapa tidak jadi Direktur ATB.
Ini semua karena Anda sendirilah yang memutuskan, mengambil keputusan dengan penuh kesadaran, untuk tidak menjadi siapa-siapa, untuk tidak melakukan apa-apa.

(Gambar dari sini)

Rabu, 02 April 2008

Saatnya bagi Pemimpin Muda

Setelah sekian lama menunggu, calon kepala daerah yang memiliki niat maju tanpa melalui partai, tetapi melalui jalur perseorangan boleh lega. Aturan yang ditunggu-tunggu yaitu hasil revisi kedua UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah akhirnya disahkan dalam rapat paripurna DPR kemarin (1/4).
Salah satu substansi yang sebelumnya menjadi bahan perdebatan yaitu komposisi syarat dukungan minimal bagi calon perseorangan akhirnya dapat disetujui yairu dalam rentang 3% sampai 6.5% untuk tingkat provinsi dan kabupaten kota disesuaikan dengan variasi jumlah penduduk.
Substansi lain yang termasuk krusial juga adalah syarat usia minimal calon yang akan maju dalam Pilkada. Kemarin disepakati bahwa seorang calon gubernur minimal berusia 30 tahun dan calon bupati/walikota adalah berusia 25 tahun.
Dua hal di atas tentu cukup melegakan bagi lahirnya suasana baru dalam kehidupan berdemokrasi di Indonesia.
Itu karena masyarakat jadi bisa memilih calon kepala daerah yang bukan dipilih oleh partai politik. Calon kepala daerah ini tidak perlu lagi memiliki kendaraan politik atau mendapatkan dukungan dari partai, ia tinggal mendapatkan dukungan langsung dari masyarakat sebanyak prosentase yang sudah diatur di atas.
Jadi misalnya penduduk yang memiki hak pilih sebanyak 500.000 jiwa di Kota Batam, maka ia tinggal mendapatkan dukungan sebesar misalnya 4% dari 500.000 atau sebanyak 20.000.
Bagi calon kepala daerah perseorangan yang didukung oleh kelompok masyarakat seperti perkumpulan2 kedaerahan yang banyak terbentuk di Batam seperti IKABSU, IKSB, Wargi Pasundan, Perkit atau organisasi kepemudaan seperti Perpat, LAM atau bahkan Pemuda Muhammadiyah atau HMI atau organisasi pekerja seperti SPSI dan SPMI dan sebagainya, mendapatkan dukungan sebanyak 20.000 tentu tidaklah terlalu sulit. Maka, ini bisa jadi peluang yang menarik.
Mereka yang tidak didukung oleh partai, tetapi didukung oleh masyarakat, bisa maju menjadi calon kepala daerah.
Peluang menarik lainnya adalah usia yang lebih muda untuk bisa menjadi calon kepala daerah. Maka, mereka para pemuda yang sudah dipercaya memimpin organisasi kepemudaan atau organisasi serikat pekerja juga memiliki kesempatan yang besar untuk dicalonkan sebagai kepala daerah.
Tinggal permasalahannya ada pada internal organisasi tersebut bagaimana memilih calon dari mereka.
Apakah kesempatan yang baik bagi tumbuh kembangnya demokrasi yang lebih baik ini bisa dimanfaatkan oleh kita bersama?

(Gambar dari sini)

Minggu, 30 Maret 2008

Kemiskinan Yang Menghibur?

Prihatin melihat potret masyarakat akhir-akhir ini.
Antrian orang membeli minyak tanah begitu panjang.
Pemadaman listrik pun bisa terjadi baik siang maupun malam.
Air pun ikut-ikutan ngadat, tidak peduli waktu.
Harga sembako? Jangan lagi ditanya. "Harganya sudah meroket" itu kata SBY di sebuah stasiun TV kemarin.
Transportasi juga semakin mahal dan tidak nyaman.
Apalagi fasilitas perumahan juga semakin tak terjangkau.
Hidup semakin susah. Itu yang amat bisa dirasakan.
Hidup semakin sulit. Itu yang amat bisa dilihat.
Apakah ini pertanda daya beli masyarakat yang menurun?
Apakah ini pertanda tingkat kemiskinan meningkat?
Apakah ini pertanda ketidakmampuan pemerintah mengelola negeri ini?
Kita rupanya hanya bisa menonton itu semua.
Kita nampaknya hanya bisa melihat itu semua.
Sedih.
Prihatin.
Sedih karena nothing we can do.
Prihatin karena ternyata kita adalah bagian dari kemiskinan ini.
Miskin akan kemampuan dan kekuasaan untuk memperbaiki kemiskinan.
Kemiskinan? Ya, kemiskinan.
Salah satu stasiun TV swasta pernah menayangkan sebuah acara yang mengangkat tema kemiskinan.
Kemiskinan yang menghibur.
Dimana pengelola acara senang mencari orang miskin, untuk kemudian tiba-tiba memberinya duit, yang besarnya tak tanggung-tanggung: puluhan juta rupiah.
Di acara itu, kita sama-sama menonton, betapa gugupnya si miskin itu saat menerima segebung duit yang datang secara tiba-tiba dan harus dihabiskan secara tiba-tiba pula.
Kita bisa melihat bagaimana gaduhnya si miskin itu membelanjakan uangnya itu.
Bagaimana si miskin kemudian akan membeli apa saja, membeli barang-barang yang selama ini cuma berkelebat di televisi.
Membeli barang yang tak pernah ia bayangkan akan dimiliki, dan barang yang boleh jadi kegunaannya pun tak dimengerti.
Karena duit ini harus dibelanjakan, dan waktu untuk belanja ini juga dibatasi, maka si miskin akan begitu tergesa-gesa berbelanja apa saja.
Kita kemudian hanya bisa melihat.
Terkadang ada rasa prihatin.
Tapi ada juga yang terhibur.
Kemiskinan rupanya tidak hanya bisa menimbulkan simpati, tetapi bisa juga menghibur.
Apakah kemiskinan yang ada disekeliling kita juga sebagai bagian dari hiburan bagi sebagian dari kita yang lain?

Jika

Entah mengapa, teman yang satu ini agak pemurung akhir-akhir ini.
Sorot matanya nampak tak bersemangat.
Matanya sering menatap sayu ke depan.
Sesekali terdengar suara lirih keluhannya.
Beberapa saat kemudian diketahui bahwa teman yang satu ini sedang mengkhawatirkan sesuatu.
Sedang cemas menunggu.
Sedang gelisah menanti jawaban apakah diterima bekerja di sebuah perusahaan elektronik atau tidak.
Oh itu rupanya!

Sebagai seorang teman, tentu menghibur teman yang sedang bersedih adalah sebuah kewajiban.
Maka, meluncurlah kata-kata bijak penuh makna sebagaimana pernah dibaca dari email motivatif yang pernah diterima.

Jika batin diselimuti dengan kekhawatiran ketika melihat masa depan, maka hati akan ditutupi awan mendung.
Langit berubah warna menjadi kelabu. Hujan tangis pun mungkin akan segera turun.

Jika memandang masa datang dengan hati kelabu penuh cemas dan rasa takut, maka dunia batin seakan memasuki musim dingin, hujan salju membuat diri kehilangan kehangatan.
Sepi... sepi dan dingin!

Jika batin dipenuhi dengan harapan ketika melihat masa depan, maka dalam hati akan ada seuntai pelangi warna-warni, langit dipenuhi bintang cemerlang di malam hari dan biru ceria di siang hari.
Segalanya akan nampak indah.

Jika yakin bahwa hari esok penuh harapan, insya allah harapan akan ada.
Jika kita sudah sekuat tenaga berusaha, maka kemudian biarkan Tuhan yang menentukan.

(Gambar diambil dari sini)

Sabtu, 29 Maret 2008

Senyuman

Memasuki halaman kantor yang satu ini membuat jantung berdegup kencang.
Di samping ini adalah kali pertama, kesan yang ada memang membuat ciut nyali.
Ada kabar bahwa manajemen perusahaan ini terkenal tegas dan keras.
Lagian, security yang baru saja dilalui sangat tidak akrab sembari selalu menunjukkan wajah bengisnya.
Wuah...!
Dengan terus berdoa, kaki terus melangkah memasuki ruangan resepsionis.
Seorang gadis cantik dengan muka cemberut tampak duduk di belakang meja itu.
Berusaha sedikit tenang, bibir pun mengembangkan senyum.
Sejurus kemudian salam dan pertanyaan lembut pun meluncur dengan lancar.
Tak dinyana, senyuman sang resepsion pun terlihat, sambil menjawab pertanyaan yang terlontar tadi.
Wuih... leganya!

Ya, senyuman.
Nampaknya senyuman akan dibalas dengan senyuman.
Kelihatannya, kekuatan senyuman amat luar biasa.
Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputusasaan, pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa
yang resah.
Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliiling kita.
Ingatkah, kapan terakhir kali menghadiahkan senyuman manis pada orang yang dikasihi?

Kamis, 27 Maret 2008

Bersimpati

Sebagaimana diberitakan harian Jawa Pos, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat pembukaan Munas VIII Apindo di Istana Negara kemarin (26/3) mengimbau para pengusaha untuk menjaga hubungan baik dengan buruh. Sebab, kekompakan antara pengusaha dan buruh menjadi kunci keberhasilan untuk memajukan dunia usaha.
SBY juga menegaskan, sebelum memantapkan hubungan tripartit (pemerintah, buruh, pengusaha), hubungan bipartit, yakni pengusaha dan buruh, harus dibangun terlebih dahulu.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Apindo Sofyan Wanandi mengatakan, Apindo berusaha menciptakan hubungan pengusaha dan buruh menjadi hubungan yang saling membutuhkan.
"Tanpa pengusaha, buruh tidak ada. Sebaliknya, tanpa buruh, pengusaha juga tidak ada. Karena itu, pengusaha dan buruh bisa bekerja sama untuk membantu kemajuan bangsa yang kita cintai," kata Sofjan.

Menyimak pernyataan SBY dan Sofyan Wanandi di atas memang terasa sejuk. Menenteramkan hati. Menggambarkan kondisi yang semestinya ada.
Sayangnya, kondisi aktual tidak sebagaimana yang disampaikan secara lisan itu.

Dimana-mana, persoalan pekerja-pengusaha terus ada.
Setiap saat, kita juga bisa dengar konflik antara majikan-buruh yang masih terus bermunculan.

Mungkin karena antara karyawan-pemilik modal kurang memahami posisi masing-masing.
Barangkali karena antara pekerja-pengusaha terlalu egois dengan kepentingan masing-masing.

Seandainya pengusaha lebih bisa bersimpati terhadap penderitaan yang dialami oleh pekerjanya.
Seandainya pekerja juga lebih bisa bersimpati terhadap cita-cita besar yang dipunyai oleh pengusaha.
Bisa jadi, SBY, Sofyan Wanandi ataupun pemimpin buruh tidak perlu banyak omong lagi.

(gambar diambil dari sini)

Rabu, 26 Maret 2008

Hadiah Terindah

Seorang teman yang baru saja kembali dari perjalanan dinas dari luar negeri datang ke rumah dan bercerita panjang lebar mengenai pengalamannya. Ia baru saja ditugaskan oleh perusahaan tempatnya bekerja ke negeri Sakura atau negara Jepang untuk kurun waktu yang cukup lama yaitu 2 tahun guna mempelajari lebih dalam mengenai disain produk.

Selama itu, ia hanya pergi seorang diri tanpa ditemani anak dan isterinya. Karena ia mesti tinggal di asrama perusahaan bergabung dengan kawan-kawannya yang berasal dari berbagai negara termasuk yang dari Jepang sendiri.

Ia yang selama ini merasakan kedamaian selalu berkumpul bersama anaknya, seorang anak perempuan yang cantik berusia 7 tahun saat ini, juga isterinya yang sangat menyayanginya, terpaksa hidup sendiri selama 24 bulan itu.
Ia meninggalkan kenyamanan tinggal bersama keluarga kecilnya.
Ia berpuasa dari makan makanan masakan isterinya yang amat lezat itu.
Ia tak mungkin bercengkerama bersama isteri yang amat menyayanginya itu.
Ia tak bisa memandangi wajah polos anaknya saat sedang tidur.
Ia tak dapat menemani si kecil belajar membaca Al Quran, bahkan mengantarkannya masuk kelas 1 SD.
Ia harus hidup bergaya seorang bujangan yang serba mandiri itu.
Semuanya dikerjakannya sendiri.

Maka, saat ia hadir kembali ditengah anak dan isterinya Minggu lalu, ia merasakan betapa besarnya nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadanya.
Ia bilang kesendirian telah memberinya pelajaran akan arti penting kebersamaan.
Ia katakan kesendirian sudah membekalinya akan agungnya kesetiaan.
Ia berucap kesendirian telah menciptakan bayangan agungnya cinta dan kasih sayang.
Kini ia telah hadir kembali di tengah-tengah keluarganya.
Kembali membawakan hadiah terindah yang diidam-idamkan bersama: KEHADIRAN.
Katanya, kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya.

Memang kita bisa juga hadir dihadapannya lewat email, chatting, telepon, atau foto.
Namun dengan berada di samping orang yang dikasihi, kita dapat berbagi perasaan, perhatian dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif.
Katanya, jadikanlah kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagiaan bagi orang-orang yang Anda dikasihi.
Jadikan kehadiran Anda sebagai hadiah terindah!

(gambar dari sini)

Senin, 24 Maret 2008

Hadiah Terbaik

Membaca tulisan di Harian Tribun Batam berjudul "Banjir Masih Jadi Sorotan", ternyata permasalahan banjir, kerusakan jalan raya dan mahalnya harga sembako di Batam masih mendominasi pembicaraan di dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Pemko Batam di Hotel Vista, Senin (24/3).

Tentu saja hal ini tidak terlalu mengagetkan. Di samping ini bukanlah masalah yang baru muncul, pada realitanya, 3 hal tersebut memang menjadi agenda pokok pembicaraan sehari-hari masyarakat Batam akhir-akhir ini.

Banjir yang selalu melanda hampir seluruh wilayah Batam sudah sangat mengkhawatirkan. Tidak hanya aktifitas harian yang terganggu, tetapi urusan produksi di kawasan industri pun bisa terganggu karenanya. Tidak hanya kenyamanan dalam tempat tinggal, tetapi kenyamanan berproduksi para investor pun terusik karenanya.

Kerusakan jalan raya bahkan bisa ditemui di mana-mana di sekeliling Batam. Jadinya, di samping memperlambat waktu untuk sampai tujuan, keselamatan jiwa juga terancam karenanya.

Yang lebih parah lagi adalah kenaikan harga sembako yang semakin mahal. Sembako yang menjadi kebutuhan pokok untuk menopang kehidupan sehari-hari semakin tak terbeli. Buruh yang selalu memeras keringat untuk mendapatkan upah layak semakin menjerit karenanya.

Belum lagi masalah lain seperti listrik dan air yang menambah panjang daftar permasalahan yang dimiliki Batam.
Mau dibawa kemana Batam ini?
Apakah Batam sebagai kota industri masih menarik untuk tempat tinggal dan tempat berinvestasi?

Kata-kata bijak mengatakan bahwa:
Hadiah terbaik kepada kawan adalah kesetiaan.
Hadiah terbaik kepada musuh adalah kemaafan.
Hadiah terbaik kepada yang muda adalah contoh terbaik.
Hadiah terbaik kepada yang tua adalah penghargaan budi mereka.
Hadiah terbaik kepada pasangan adalah cinta dan ketaatan.

Tahukah, apa hadiah terbaik kepada warga Kota Batam?
Penyelesaian masalah yang ada di masyarakat seperti banjir, jalan yang rusak, harga sembako, listrik, air dan sebagainya itu barangkali bisa menjadi HADIAH TERBAIK Pemko Batam bagi warganya.

(Gambar diambil dari sini)

Menjadi Ayam atau Elang?

Dalam sebuah milis, ada cerita menarik yang memberikan pilihan mau menjadi ayam atau menjadi elang. Menarik karena banyak teman yang menghadapi pilihan seperti ini saat ini.
Diceritakan bahwa ada seorang petani menemukan telur elang dan menempatkannya bersama telur ayam yang sedang dierami induknya. Setelah menetas, elang itu hidup dan berperilaku persis seperti anak ayam, karena mengira dirinya memang anak ayam.
Pada suatu hari, ia melihat seekor elang yang dengan gagah terbang mengarungi angkasa. "Wow, luar biasa! Siapakah itu?", katanya penuh kekaguman. "Itula elang, raja segala burung!" sahut ayam di sekitarnya. "Kalau saja kita bisa terbang ya? Luar biasa!" Para ayam menjawab, "Ah, jangan mimpi! Dia makhluk angkasa, sedang kita hanya makhluk bumi. Kita hanya ayam!" Demikianlah, elang itu makan, minum, menjalani hidup dan akhirnya mati sebagai seekor ayam.
Elang yang hidup di lingkungan ayam memilih menjadi ayam daripada menjadi elang. Andai saja ia meneruskan keinginannya untuk menjadi elang dengan cara berlatih melompat dan terbang, bisa jadi ia akan menjadi elang sejati.

Pilihan sulit yang dialam beberapa teman adalah mau menjadi pekerja atau menjadi pengusaha. Sadar bahwa mereka berada di dalam lingkungan pekerja, membuat mereka yakin bahwa mereka memang ditakdirkan untuk menjadi pekerja, bukan pengusaha.
Secara fisik memang tidak ada bedanya antara seorang pekerja dan pengusaha, tetapi tetap saja mereka melihat bahwa takdir mereka berbeda. "Dia memang seorang pengusaha, kita hanyalah pekerja" begitulah yang selalu terdengar.
Maka, melihat seorang pengusaha yang diberitakan berhasil memperluas usahanya, mendapatkan laba yang berlipat ganda, tetapi juga dermawan dan penuh kasih sayang, mereka hanya bisa berangan: ah seandainya aku jadi seorang pengusaha...!
Tanpa pernah mau mencoba sedikitpun melakukan usaha, walaupun kecil-kecilan sesuai dengan kemampuannya.
Padahal, tidak sedikit pengusaha yang pada awalnya bermodal dengkul. Banyak juga yang memulai usahanya dari nol, hanya bermodalkan kemampuan yang ada pada saat itu.
Permulaan yang serba minim tetapi kemudian ditambahi dengan kerja keras pantang menyerah, dan kemauan jungkir balik jatuh bangun dari usahanyalah yang membuat mereka jadi pengusaha sukses seperti sekarang ini.
Siapa tau di antara para pekerja itu, sesungguhnya adalah seorang pengusaha yang dihidup dilingkungan pekerja.
Siapa tau pengusaha yang sedang menjadi pekerja itu adalah kita.
Siapa tau elang berkemampuan ayam itu adalah diri kita.
Siapa tau sikap pasrah sebagaimana cerita elang di atas ada pada diri kita.
Pertanyaannya: mau menjadi Ayam atau Elang?

Senin, 03 Maret 2008

Mulai dengan Mimpi

Barangkali UTG, jaksa staf Kejaksaan Agung yang menangani kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang ditangkap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi di rumah milik pengusaha Syamsul Nursalim di Jalan Hang Lekir, Jakarta Selatan, Ahad (2/3), bermimpi menjadi seorang jaksa yang kaya raya.
Sehingga ia berani melakukan langkah gila yaitu menerima uang sebesar US$ 660 ribu atau sekitar Rp 6 miliar yang diduga terkait dengan penghentian kasus BLBI oleh Kejaksaan Agung.
Mungkin ia telah berkhayal memiliki uang miliaran rupiah yang dengan itu ia bisa memiliki apa saja, bisa pergi ke mana saja, bisa melakukan apa saja.
Barangkali ia sudah berangan-angan tinggal di sebuah rumah mewah lengkap dengan perabotannya, atau bahkan menaiki mobil mewah yang luar biasa nyaman.
Bisa jadi ia menginginkan kenikmatan surga dunia.

Banyak yang bilang bahwa segala yang terjadi, dimulai dengan bermimpi, atau dimulai dengan berkhayal. Bahwa segala yang dicapai, awalnya dimulai dengan angan-angan di pikiran.
Setelah menemukan impian, kemudian dikumpulkanlah segenap kemampuan yang ada.
Dan bersamaan dengan itu, kemauan pun dibangun.
Maka, peluang yang tadinya nampak kecil, kemudian akan terlihat sebagai sebuah emas yang bersinar menyilaukan mata. Memaksa tubuh bergerak sekuat tenaga meraihnya, sekaligus menggapai impiannya.

Kita tidak tahu apa yang UTG angankan, tapi tahukah apa yang kita angankan sekarang, bila kita bicara tentang setahun, dua tahun atau lima tahun ke depan?
Apakah kita melihat masalah, atau sesuatu yang berantakan, atau kengerian, bahkan ketakutan?
Ataukah kita melihat peluang dan keberhasilan?

Tidak ada batas bagi imajinasi. Kita boleh mengkhayalkan apa saja.
Keberhasilan atau kegagalan.
A nice day atau a nightmare.
Bayangkan masa yang akan datang, dan biarkan diri kita melaju dengannya.
Tinggalkan kendala di belakang, dan tampilkan hidup yang ingin kita jalankan.
Hidup yang kita ciptakan akan dimulai dari mimpi kita.
Ciptakan mimpi terbaik, dan mulai bertindak untuk mewujudkannya.

(foto dari sini)

Minggu, 02 Maret 2008

Lompatlah!

Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut.
Dengan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun dia keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.

Dengan penasaran ia menghampiri belalang itu, dan bertanya, "Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia ataupun bentuk tubuh ?".
Belalang itu pun menjawabnya dengan pertanyaan, "Dimanakah kau selama ini tinggal? Karena semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan". Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.

Ibarat cerita belalang di atas, maka setiap manusia memiliki kemampuan melompat yang berbeda-beda, tergantung kepada situadi dan "ruang" yang dia tempati selama ini.
Mereka yang tinggal di lingkungan yang baik, penuh dengan pujian, keceriaan, semangat, dan keberhasilan akan bebas lepas mengembangkan dirinya.
Minatnya bisa tersalurkan dengan penuh inisiatif dan gairah.
Dan bakatnya bisa terasah hingga mengkilap.
Membuat hidup semakin terasa hidup.

Sebaliknya, mereka yang tinggal di lingkungan yang buruk, penuh hinaan, didera trauma masa lalu, kegagalan yang beruntun, perkataan teman atau pendapat tetangga yang sangat tidak simpatik, seolah membuat mereka terkurung dalam kotak semu yang membatasi semua kelebihan yang ada.
Celakanya lagi, apapun yang mereka katakan kepada kita dipercaya begitu saja tanpa pernah dipikirkan benar tidaknya. Tak ada kepercayaan diri disana.

Coba tanyakan kepada nurani: "bisakah melompat lebih tinggi dan lebih jauh? bila mau menyingkirkan "kotak" itu?".
Inginkah terbebas lepas sehingga bisa mencapai sesuatu yang selama ini diluar batas kemampuan?
Karena, barangkali di sana ada jalan baru.
Karena, di tempat yang berbeda itu mungkin matahari lebih hangat bersinar.
Karena, di "kotak" yang lebih besar itu bisa jadi udara lebihterasa segar.

Tuhan telah membekali kita kemampuan, kita tinggal membangunkan kemauan.
Kemauan untuk berjuang membebaskan diri dari "kotak" yang mengurung kita.
Kemauan untuk bersedia berlelah diri keluar dari keadaan saat ini.
Kemauan untuk bangun dari situasi yang terasa nyaman sekarang ini.

Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
Bangunkan kemauan, ungkapkan kemampuan, rasakan hasilnya kemudian.

Katanya, kehidupan akan lebih baik kalau hidup dengan cara hidup berdasarkan pilihan sendiri.
Bukan dengan cara hidup seperti yang mereka pilihkan untuk kita.

(foto dari sini)

Sabtu, 01 Maret 2008

Waktu Yang Tiada Berujung

Tanpa kita sadari, waktu telah begitu mengatur kita.
Dan sesungguhnya, kita telah mengikuti apa maunya.
Tatkala matahari mulai terbit, dengan sengaja kita segera bangun dan memulai rutinitas hari itu.
Menyampaikan rasa syukur kepada-Nya, dilanjutkan dengan berdoa mengharapkan banyak hal.
Kemudian membersihkan diri, sarapan pagi, berkemas-kemas, dan berangkat memulai aktifitas hari itu.

Tanpa kita tahu, waktu sudah sangat mengatur kita.
Dan sesungguhnya, kita sudah menjalani apa maunya.
Ketika memasuki jam 8 pagi, dengan segera kita memulai pekerjaan yang ada.
Me-review lagi pekerjaan yang telah lalu, dilanjutkan dengan merencanakan pekerjaan berikutnya.
Kemudian melihat kondisi aktual tempat kerja, memeriksa laporan hasil kerja, rapat, bertemu dengan rekanan kerja, dan sebagainya.

Tanpa kita rasa, waktu telah dan sedang mengatur kita.
Ketika bel jam usai kerja berdering, tanpa diperintah segera kita berkemas.
Menyimpan kertas dan pensil dalam laci, lalu meninggalkannya jauh-jauh.
Seolah-olah semua persoalan hari itu telah terpecahkan.
Seakan-akan semua problem hari itu telah terselesaikan.

Betapa hebatnya waktu mengatur kita.
Sesaat kita memasuki rumah tempat tinggal keluarga kita, salam nan hangat segera terdengar dari yg kita kasihi.
Makanan yang nikmat penuh rahmat pun segera tersaji.
Dan tutur kata yang lembut pun terdengar, canda ria pun begitu terasa.
Penat akibat kerja seharian jadi terlupakan.
Ah, betapa hebatnya waktu menghibur kita.
Betapa bergairahnya waktu membangunkan kita.

Betapa setianya kita mengikuti alur waktu.
Esok hari, ketika jam kerja dimulai, mungkin semua tumpukan masalah kita aduk lagi.
Mungkin perselisihan pun bolehlah dilanjutkan kembali.
Bahkan bisa jadi, kita mesti bayar lagi kredit bulanan rumah, kendaraan, hutang ke warung sebelah dan sebagainya.
Ah. Itu lagi.

Sesaat, jadi terpikir bagaimana seandainya kita yang mengatur waktu.
Bukan waktu yang mengatur kita.
Saat kita bisa mengatur waktu, barangkali sesungguhnya kita pun bisa mengatur pikiran, emosi, dan perasaan kita.
Karena waktu adalah lingkaran dimana kehidupan kita berjalan, maka kita atur waktu supaya bisa mengatur kehidupan.
Ah, seandainya bisa...