Minggu, 06 April 2008

Menjadi Anggota Dewan = Menjadi Kaya?

Banyak teman yang beranggapan bahwa menjadi seorang pekerja atau seorang buruh atau seorang karyawan atau seorang pegawai tidak mungkin bisa menjadi kaya.
Dengan gaji yang sebesar UMK adalah hal yang mustahil bila merindukan diri menjadi seorang yang memiliki segala sesuatunya secara materi.
Maka kemudian ada yang menyelutuk, "Kalau pengin kaya, jadilah anggota Dewan!"
Sebagai anggota Dewan, gajinya lebih dari cukup, berlipat-lipat dari UMK, bahkan tidak lagi menjadikan UMK sebagai standar, tambahnya.
Berbagai tunjangan pun didapat.
Belum lagi kunjungan ke sana kemari yang tentu saja bisa menambah tebal kantongnya. Atau studi banding ke kota ini ke kota itu tanpa perlu pertanggungjawaban dan kegiatan tindak lanjut, katanya lagi.

Simpel sekali.
Rupanya ada yang berkeinginan menjadi seorang anggota Dewan agar bisa jadi kaya.
Agar enak tanpa perlu kerja keras.
Agar enak jalan ke sana kemari dengan mudah.

Fakta memang menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil seorang pekerja / buruh / karyawan / pegawai yang terlahir kaya.
Sebagian besar seorang pekerja / buruh / karyawan / pegawai adalah orang-orang yang biasa bekerja keras dari pagi sampai malam, terkadang berjam-jam kerja lembur dengan bayaran pas-pasan.

Tetapi fakta juga menunjukkan bahwa sebagian besar seorang pekerja / buruh / karyawan / pegawai yang menjadi anggota Dewan kemudian berubah menjadi kaya dalam waktu sekejap.
Haruskah menjadi anggota Dewan karena alasan materi agar jadi kaya?

6 komentar:

Anonim mengatakan...

Boleh kritik juga nggak.........
Bagaimana kalau menjadi pengurus SP/SB = Menjadi Kaya...?
Banyak perusahaan dengan dalih hubungan industrial dll memberikan banyak fasilitas dan kemudahan kepada para pengurus SPnya,
dari mulai bantuan organisasi, training, fasilitas kendaraan, unlimited lembur dll
Sehingga banyak menjadikan gunjingan diantara anggota SP bahwa kalau pengurus SP itu fasilitasnya seperti management.
Jadi kalau mau kaya dan nggak mungkin mecapai prestasi karier menjadi manager maka menjadi pengurus SP itu pilihan lain untuk menjadi kaya,
Apakah betul seperti itu....?
Anda semua yang menjadi pengurus SP/SB yang mampu menjawabnya...


Regards
"Nur Rochman" nur_r@***.co.id

Nb: Ma'af janagn ada yang tersinggung ya..? Semoga nggak bener gunjingan tsb.

Anonim mengatakan...

Ass WRB,
Kalo pengurus SP bisa kaya yah memang 1.000.000 : 1 sudah
jadi rezekinya kali, karena ngurus banyak pekerja dan kalo sudah bisa
kaya yah inget saja sama kawans yang masih susah minimal bisa ngajak
makan bareng he.he.
Kalo jadi ADEN ( Anggota Dewan ) wajar juga kalo kaya kan juragannya
Rakyat bukan wakilnya Rakyat ( lagu Iwan Fals ) .Kabarnya sih para
Aden juga harus setor lagi 60- 70 % ke Partai yang mengusungnnya ,jadi
yang kaya bukan adennya tapi Partainya .Lihat saja kalo lagi pilkada
uang dihamburkan buat bendera ,balleho ,ngundang artis dll yang
jumlahnya MILLYARAN .Jadi jangan fikir kalo jadi Aden bisa cepat kaya
ato mudah jadi Aden kalo ngak kaya .
Akhirnya juga kalo ada buruh yang dapet Rezeki jadi Aden jangan pernah
lupa nasib buruh yang jadi konstituennya .
Jadi sah aja sih kalo dapet Rezeki jadi Kaya asal jangan lupa
konstituen yang memberinya amanat .Kata pepatah Kacang Jamgan Lupa Ama
Kulitnya ,KAWANS.

Wassalam
"Roni Febrianto" roni_febrianto@*****.com

PS : Kasih Semangat buat Calon ADEN yang memang sudah siap mental &
Modal agar bisa memperjuangkan issue buruh di Parlemen .Buat yang
belum bernasib baik jadi Calon Aden terus berjuang di Lapangan lewat
extra parlemen ato Garda Metal kali ....

Anonim mengatakan...

Buruh bisa jadi kaya, kalau yang kelola Jamsostek sudah dikelola oleh
Buruh sendiri bukan pengusaha yang kelola seperti sekarang.
Hary.Widodo@inf*****.com

Anonim mengatakan...

kawans,
kaya bukanlah selalu bermuara pada keserakahan ataupun pikiran kotor lainnya, kaya bila dikelola dengan baik maka limpahan kekayaan tsb bisa dinikmati (membawa manfaat) bagi sekitarnya... bahkan beberapa da'i modern sering memprovokasi kita dalam ceramah/khotbahnya untuk menjadikan kaya sebagai sebuah kewajiban agar bisa memenuhi order ilahi menjadi rahmatan lil alamin ;-)

sebagaimana pengusaha kaya yang yang mengerti kewajibannya tentang menyejahterakan karyawannya dan bukan hanya entertain kepada beberapa oknum negara (atau bahkan pengurus SP) saja, ataupun anggota dewan yang mengerti bagaimana menggunakan "fasilitas"-nya dan bukan hanya bagi2 dhuwit/proyek/fasilitas buat keluarga dan konstituennya saja, pengurus SP yang adil & dermawan dan bukan hanya terhadap faksi "jengkol"-nya saja, dst ... tentunya mereka itu akan lebih baik jika memiliki 'kelebihan itu' dibanding : sudahlah mandul dalam karya masih jadi parasit pulak ... kerjanya ubyang-ubyung kayak rombongan sirkus cari perhatian di depan anggota, gitu ya ? ndeso! katro! ... he he he ...

dalam dunia parenting sering dikampanyekan tentang kecerdasan majemuk, dan dalam organisasi kekayaan merupakan salah satu bagian dari kekuatan majemuk ... he he he ... karena, nggak semua masalah manjur hanya diselesaikan dng kekuatan kesatuan saja, atau dng banyaknya kekuatan sdm saja, namun dengan dukungan kekuatan fulus yang memadai terkadang juga bisa jadi senjata yang ampuh ;-) jadi silahkan menjadi kaya ... dan kembalilah ke rumah

aku mo ngutip + modifikasi banyak apa yg sempat diucapkan seorang tokoh pribumi
(biar disebut keren kayak kayak ki puthut perawinya aris-to-teles (aris menjuju ke-basahan) dengan kutipannya tentang parent of proverty) :
sekolahlah engkau tentang hukum, ekonomi, politik, .... apapun, di manapun, kapanpun, oleh guru siapapun
jadilah ahli hukum terbaik, ekonom terbaik, politikus terbaik ...
dan kembalilah ke rumahmu ... fspmi, bukan parte jengkol ;-)


jadi kesimpulannya :

uang bukan segala-galanya
tapi tunggu dulu ....
walopun sedikit segalanya tak lepas dari uang
ada banyak cara lain untuk tidak menggunakan uang
jadi kesimpulannya :

uang bukan segala-galanya
tapi tunggu dulu ....
walopun sedikit segalanya tak lepas dari uang
ada banyak cara lain untuk tidak menggunakan uang
jadi kesimpulannya :

uang bukan segala-galanya
tapi tunggu dulu ....
walopun sedikit segalanya tak lepas dari uang
ada banyak cara lain untuk tidak menggunakan uang
jadi kesimpulannya :

bacalah ini berulang-ulang 1000x atau hingga kapok ... ;-)

dipersilahkan yang mau menjajakan jajanannya ....

have a nice day
"yulianlcm" yulianlcm@*****.co.id
babahe
begundal tengik

Anonim mengatakan...

hehe..
yang mau jadi kaya itu pengusaha dong aacchh,
yang mau berjuang itu buruh namanya,
jadi anggota parlemen nyari duit buat kaya?
itu yang keliru mengapa dilahirkan di Indonesia.
"RIDWAN MONOARFA" monoarfa2005@yahoo.com

EKO SUMARSONO, ST mengatakan...

Yang, pertama saya hanya mengatakan: "kembalilah kejalan yang benar, dan luruskan niat" bila masih ada seorang pemimpin (apapun jenis kepeminpinan yang diembannya) yang hanya memanfaatkan jabatan demi kepentingan pribadi semata.....

Kedua, mari kita contoh kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang sudah jelas sekali memberikan suritauladan bagi kita...

Ketiga adalah argumen yang ingin saya kemukakan. Bahwa Kepemimpinan adalah amanah yang harus kita pertanggungjawabkan baik kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, maupun kepada yang memberikan amanah tersebut. Bagi saya adalah hal yang wajar ketika seseorang mendapatkan "hasil yang lebih besar" sesuai dengan seberapa besar tanggungjawab yang diembannya....

Seorang anggota dewan tentu gaji/upah harus lebih besar dari seorang pekerja tanpa skill di perusahaan baik negeri maupun swasta, karena memang beban tugas yang lebih besar. Begitu pula beberapa contoh yang mungkin ada disekeliling kehidupan kita, baik yang struktural maupun tidak. (dengan catatan sesuai dengan profesionalisme)

Jangan kita hanya melihat persoalan dari yang nampak bagi kita dan kemudian kita menyimpulkan secara general. Masih ada juga kok eksekutif maupun legislatif (anggota dewan) yang jujur...

Salam...