Kamis, 28 Februari 2008

Lakukanlah!

“Lakukan apa yang dapat Anda lakukan, dengan apa yang Anda miliki dan di tempat Anda berada”, itu adalah salah satu kalimat yang diucapkan Presiden Amerika Serikat yang ke-26, Theodore Roosevelt, yang menjabat di tahun 1901 sampai 1909.
"Lakukan mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, dan mulai dari sekarang", itu adalah salah satu kalimat yang diucapkan Abdullah Gymnastiar atau biasa disebut AA Gym, seorang ustadz terkenal di negeri kita.
Keduanya sama-sama tokoh.
Keduanya sama-sama bijak.
Keduanya sama-sama mengajak kita, ya kita semua, siapapun kita, untuk mulai melakukan sesuatu yang memiliki nilai.
Melakukan sesuatu yang tidak perlu muluk-muluk, cukup apa yang bisa kita lakukan.
Melakukan sesuatu yang tidak perlu besar, cukup dari hal yang kecil.
Melakukan sesuatu yang bisa kita lakukan, tak perlu berusaha menggapai bulan.
Melakukan sesuatu yang bisa menjadi contoh, tak perlu harus disuruh.
Melakukan sesuatu dimana kita biasa berada, jangan tunggu mendapat tempat yang layak.
Melakukan sesuatu saat ini juga, jangan lagi ditunda-tunda.
Ayo, lakukan!

(foto AA Gym dari sini, dan foto Roosevelt dari sini)

Senin, 25 Februari 2008

Memilih Jalan Baru

Ada sebuah kisah menarik yang penulis baca dari sebuah email yang dikirim seorang rekan.
Tersebutlah seorang pria yang bersahabat dengan orang-orang jahat. Ia difitnah oleh teman-temannya sehingga masuk penjara selama bertahun-tahun.
Setelah keluar penjara, keluarganya menganjurkan supaya mencari mereka yang memfitnah dirinya dan mengajukan mereka ke pengadilan. Tetapi pria itu menolak melakukannya, bahkan lebih memilih untuk memaafkannya.
Ia mengatakan bahwa musibah itu terjadi karena kesalahannya sendiri memilih teman-teman yang tidak baik.
Kejadian tragis itu malah memberi peluang baginya untuk memilih jalan hidup baru, yang berbeda dengan sebelumnya, yang justeru lebih baik. Ia membuka lembaga pendidikan kepribadian yang mengajarkan makna memaafkan.
Ia belajar dari pengalaman.
Ia berusaha tegar dengan cara memilih jalan baru.
Ia yakin bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
Ia sangat yakin bahwa dalam setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
Ia juga yakin bahwa di balik masalah ada hikmah yang bisa diambil, yang merupakan sikap positif dan sehat.
Hmmm... kalau iya bisa, mengapa aku tidak?

(foto diambil dari sini)

Jumat, 22 Februari 2008

Temukan dan cintai!

Beberapa kali seorang rekan kerja menyampaikan keluhan yang sama: bosan.
Ia bosan dengan pekerjaannya.
Ia mulai tidak menyukai atasannya, dan juga rekan-rekan kerjanya.
Ia benci dengan pekerjaannya.
Ia mengeluhkan suasana tempat kerjanya.
Ia mulai malas datang ke tempat kerjanya.
Dan ia pun mengeluhkan gajinya.

Nampaknya ia lupa bahwa di luar sana masih banyak rekan-rekan kita yang sibuk mencari kerja.
Nampaknya ia tidak sadar bahwa di seberang sana banyak rekan-rekan kita menginginkan berada di ruangan kerja yang nyaman ini.
Nampaknya ia tidak tahu bahwa di perusahaan di luar sana banyak rekan-rekan kita yang rela dibayar berapapun untuk mendapatkan pekerjaan apa saja.

Sepertinya ia perlu diberi saran untuk tetap mencintai pekerjaannya.
Bila tak mungkin mencintai pekerjaannya, barangkali ia perlu mencoba untuk mencintai atasannya dan rekan-rekan kerjanya. Ia perlu membuka inderanya untuk bisa merasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Sehingga pekerjaannya akan menjadi menggembirakan.

Sepertinya ia perlu diingatkan untuk mencintai susana kerja dan suasana kantornya, bila untuk mencintai atasan dan rekan-rekan kerjanya adalah hal yang tak mungkin. Barangkali ini akan mendorong gairahnya untuk berangkat kerja dan melakukan tugas dengan lebih baik.

Sepertinya ia perlu mendengar bahwa bila masih juga belum bisa melakukannya, maka ia perlu mencoba untuk mencintai setiap pengalaman selama perjalanan pulang pergi dari dan ke tempat kerja. Barangkali, perjalanan yang menyenangkan akan menjadikan tujuan bekerja menjadi tampak menyenangkan juga.

Sepertinya ia perlu tahu bahwa bila ia tetap tak dapat menemukan cinta di sana, maka ia perlu mencintai apapun dari apa yang ada di sekitarnya atau kerja yang dilakukannya, apakah itu komputernya yang baru, kalendernya yang cantik, makanan di kantin yang enak, seragam kerja yang nyaman dipakai atau bahkan senam pagi yang selalu diadakan sebelum memulai kerja.

Apapun. Bila ia tak menemukan yang bisa ia cintai dari pekerjaannya, tanyakanlah pada diri sendiri: mengapa ada di situ?
Mengapa bukan orang lain yang mengerjakan pekerjaannya?
Tak ada yang lebih indah selain melakukan segala sesuatunya dengan rasa cinta yang tulus.
Tak ada yang lebih baik selain mensyukuri apa yang dimiliki sekarang.
Temukan dan cintai segera!

(Mungkin, hanya mereka yang pernah kehilangan pekerjaannya yang akan merasakan cinta itu!)

Kamis, 21 Februari 2008

Sering Kerja Lembur = Workaholic ?

Beberapa indikasi dari workaholism atau "ketagihan" kerja adalah sering kerja lembur, mengerjakan tugas kantor di rumah, khawatir dipecat karena kurang kerja keras, atau hubungan yang minim dengan keluarga.

Dan contoh yang paling ekstrim dari pekerja workaholic adalah para pegawai di Jepang yang menghabiskan lebih dari 12 jam sehari untuk mengerjakan tugas kantor. Menurut informasi yang ada rata-rata jam kerja pegawai di Jepang memang tertinggi di dunia (2.450 jam per tahun). Padahal katanya, bekerja lebih dari 40 jam per minggu saja sudah bisa diindikasikan sebagai workaholic.

Kelakuan "gila kerja" di Jepang bahkan begitu seriusnya hingga bisa menyebabkan kematian. Mereka menghabiskan berjam-jam mengerjakan tugas kantor sehingga menimbulkan efek samping seperti kelelahan, stres, kurang tidur, serangan jantung, bahkan stroke. Untuk memaksa mereka istirahat, salah satu serikat pekerja bersama manajemen sebuah grup perusahaan elektronik raksasa di Jepang sampai harus mengeluarkan instruksi larangan kerja lembur di setiap hari rabu dan hari gajian. Luar biasa.

Di Indonesia bahkan di Batam, workaholic juga sudah mulai menjadi tren. Kita bisa temui di beberapa kawasan industri besar di Batam, banyak para pekerja yang mesti bekerja sekitar 12 jam sehari. Bahkan terkadang Sabtu dan Minggu pun mesti bekerja. Anda juga salah satunya? Oh no...

Tetapi berbeda dengan di Jepang, di Batam kelakuan "gila kerja" ini bukan karena khawatir dipecat akibat kurang kerja keras, tetapi ini karena gaji yang pas-pasan, sehingga mereka mesti bekerja lembur untuk menambah penghasilan. Kalau tidak lembur, pertengahan bulan seringkali mesti gali lubang tutup lubang, bahkan lebih parah lagi hubungan dengan isteri malah bisa jadi runyam.

Jadi, rupanya ada persamaan antara orang Jepang dan orang Indonesia: sama-sama doyan kerja, yang beda cuma alasannya. Nasib, nasib.

(foto diambil dari sini)

Rabu, 20 Februari 2008

No Shortcut!

Membaca email dari seorang rekan,
tiba-tiba serasa terbangun dari tidur panjang malam itu.
Katanya, keberhasilan tak akan bisa diperoleh begitu saja.
Keberhasilan adalah pohon dari kerja keras.
Maka, tak perlu berharap pada kemujuran.
Karena kemujuran tak jelas datangnya dari mana.

Katanya, biarkan segala sesuatunya berjalan alami.
Berjalan sebagaimana mestinya.
Maka, tak perlu memaksakan diri.
Karena memaksakan diri pun tak pasti apa gunanya.

Katanya, pertumbuhan diri adalah proses mendaki.
Dan mendaki perlu melalui satu persatu anak tangga yang ada.
Maka, tak perlu mencari jalan pintas.
Karena jalan pintas pun tak jelas ada atau tidak.

Katanya, setiap langkah kecil pada kemajuan perlu dihargai.
Menghargai apa yang telah dilalui.
Maka, tak perlu mengharapkan pujian orang lain,
Karena belum tentu mereka akan memuji.

Katanya, tetaplah mengamati jalan lurus di depan.
Melangkah terus, selangkah demi selangkah.
Maka, tak perlu pedulikan kerikil, bebatuan maupun lubang itu.
Karena jalan yang tepat itu adalah jalan yang akan menuntun menuju pencapaian diri sendiri.

Selasa, 19 Februari 2008

Tetap semangat!

Wahai pekerja korban PHK!
Tahukah bahwa seringkali situasi memang berjalan tak sesuai kehendak.
Dan saat ini ia mungkin sudah meninggalkan kamu.
Kehilangan pekerjaan, bisa jadi begitu mengecewakan dan amat getir.
Kamu dipersilakan memilih sikap apa pun yang kamu mau, namun jangan sampai kehilangan semangat.
Ayo, tetap pertahankan semangat kamu, meski situasi sulit dan tak berpihak.

Wahai buruh korban PHK!
Percayalah, kamu takkan sanggup kecewa sehari semalam terus-menerus.
Pada saatnya semangat kamu akan menemukan harapan baru.
Tetaplah optimis untuk mengerjakan segala sesuatunya.
Kesulitan itu hanya sementara, datang untuk kemudian pergi.
Janganlah kehilangan antusiasme dan semangat, karena itulah satu-satunya pegangan.
Tetaplah bersemangat!

Wahai korban PHK!
Percayalah, dibalik kesulitan ada kemudahan.
Dan dibalik kesulitan selalu ada kemudahan.
Teruslah berupaya.
Karena seiring dengan upaya, matahari akan terus bersinar.
Tetap semangat!

(foto diambil dari sini)

Senin, 18 Februari 2008

Tidak Kompak ?

Prihatin saja membaca berita tentang kabar ketidakkompakan pemimpin Batam saat ini: Walikota Ahmad Dahlan dan Wakil Walikota Ria Saptarika sebagaimana berita Batam Pos.
Tidak hanya prihatin tetapi juga sedikit geregetan. Sekaligus tidak habis pikir, koq hal-hal seperti ini dibesar-besarkan.
Tidak kompak berarti tidak seia sekata. Atau berarti tidak sejalan. Bisa juga artinya berbeda pendapat, beda pandangan. Lebih jauh lagi bisa berarti beda tindakan, atau lebih parah lagi berbeda kebijakan.
Nah kalau yang tidak kompak itu adalah Wali dan Wawali, maka akhir cerita bisa jadi bakal tidak happy ending nantinya. Terutama pengaruhnya kepada pelaksanaan program kerja Pemko Batam. Dampaknya tentu bukan pembangunan yang semakin maju, infrastruktur yang makin lengkap, atau kesejahteraan masyarakat yang makin meningkat. Malah justeru sebaliknya. Ini yang membuat prihatin.
Seorang sahabat dekat pernah bercerita bagaimana dia selalu berbeda pendapat dan pandangan dengan isterinya dalam mengelola urusan rumah tangga dan home based business-nya. Dan seringkali mereka berdua berdebat sengit sewaktu sedang berdiskusi berdua, bahkan terkadang memukul meja. Tetapi mereka punya komitmen yang luar biasa yaitu boleh berbeda pendapat, boleh ngomong apa saja, boleh pakai argumentasi apa saja, dan sebagainya, selama berada di dalam ruangan diskusi yang hanya ada mereka berdua! Bahkan apa yang mereka ucapkan dan lakukan di dalam ruangan diskusi itu tidak boleh diceritakan kepada orang lain, bahkan anak-anak pun tidak perlu tahu.
Menariknya lagi mereka punya komitmen bahwa sebesar-besarnya perbedaan pendapat, perbedaan itu TIDAK BOLEH memecah kebersamaan yang ada. Tidak boleh ada kata-kata berpisah, atau bahkan bercerai yang boleh keluar dari mulut mereka. Bahkan secuil niat untuk tidak lagi bersama, mereka haramkan. Mereka berpegang teguh kepada niat awal mereka dulu, serta janji yang pernah diucapkan pada saat akad nikah bahwa mereka akan selalu bersama. Bersama membangun rumah tangga, mendidik anak-anak, menuju cita-cita mencapai keluarga yang sakinah mawahdah warahmah.
Jadi, didalam boleh ramai tetapi di depan anak-anak, di luar rumah, yang tampak oleh tetangga dan kerabat adalah mereka berdua yang selalu kompak, seia sekata, saling mendukung, begitu harmonis, dan begitu romantis.
Andaikan pak Dahlan dan pak Ria selalu berpegang teguh kepada kesepakatan yang pernah mereka niatkan bersama dulu, barangkali penulis tidak perlu merasa prihatin.
Semoga.

(foto di-crop dari situs Pemko Batam di http://www.pemko-batam.go.id/index.htm)

Minggu, 17 Februari 2008

Pantang Mundur

"Apakah mungkin untuk melewati jalan ini?" tanya Napoleon
kepada para insinyur yang dikirim untuk menyelediki terusan
St. Bernard yang menakutkan itu.

"Barangkali, bukannya tidak mungkin," jawab mereka dalam nada
ragu-ragu.

"Tempuh saja!" jawab Napoleon tanpa menghiraukan kesukaran-
kesukaran yang hampir tak teratasi. Inggris dan Austria
menertawakan keputusan Napoleon untuk menggerakkan tentara
melintasi pegunungan Alpen.

Tak pernah ada orang yang bisa, apalagi dengan membawa 60.000
tentara, dilengkapi dengan meriam-meriam besar, berpeti-peti
peluru, dan barang dalam jumlah besar.

Akan tetapi ketika tindakan yang "mustahil" itu selesai,
orang-orang sekonyong-konyong tahu bahwa hal itu memang bisa
dilakukan dari dulu. Yang diperlukan hanyalah keberanian dan
tekad seperti Napoleon.

Dia tidak pernah gentar menghadapi segala rintangan itu. Dan
ia mengambil kesempatan itu.

Batam telah berubah, dari sebuah pulau terpencil, sepi, sunyi, kini batam menjelma sebagai sebuah raksasa industri (meminjam bahasanya mas Nunung).
Tetapi hidup di Batam, kini tidaklah seindah sebagaimana yang dibayangkan awalnya.
Harga bahan kebutuhan pokok yang melambung tinggi.
Perumahan yang semakin tidak terjangkau.
Juga sulitnya mendapatkan transportasi yang murah dan aman.
Adalah contoh segudang masalah yang dimiliki Batam.
Belum lagi masalah kemudahan mendapatkan pekerjaan, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

Nampak seperti "mustahil" untuk membangun Batam sebagaimana dicita-citakan.
Namun bila Batam memiliki pemimpin
yang berani untuk melakukan perubahan, yang tidak pernah gentar menghadapi segala rintangan, Insya Allah hal yang mustahil akan menjadi mungkin.
Yang diperlukan hanyalah keberanian dan tekad seperti Napoleon.

(foto diambil dari
www.neowin.net)

Sabtu, 16 Februari 2008

Ketrampilan Tangan

Akhir-akhir ini, di kota manapun di Indonesia kita berada, mendapatkan pekerjaan sudah semakin sulit. Walau sudah mendapatkan dan memiliki pekerjaan pun hidup masih terasa sulit karena biaya hidup yang makin tidak murah. Harga sembako melambung tinggi jauh mendahului kenaikan UMK. Perumahan semakin tidak terbeli. Transportasi pun semakin mahal. Ditambah lagi pelayanan kesehatan yang makin tak terjangkau.
Sebagai seorang kepala keluarga, seorang suami dituntut untuk bekerja keras siang malam bahkan seringkali mesti kerja lembur guna mendapatkan tambahan penghasilan. Sementara isteri di rumah mengelola urusan rumah tangga dan anak. Ini telah menjadi potret normal wajah keluarga muda saat ini. Tetapi apakah seorang isteri hanya memiliki kemampuan mengelola rumah tangga? Tidakkah ia memiliki kemampuan yang lain semisal ketrampilan tangan sehingga bisa membuat sesuatu yang bernilai jual? Yaitu sebuah ketrampilan tangan yang kreatif dan produktif yang pada gilirannya nanti akan mampu mendatangkan rejeki dan menjadi alternatif sumber penghasilan, atau paling tidakakan berperan sebagai sumber penghasilan kedua yang akan lebih mempercepat pertumbuhan perekonomian keluarga.
Maka, bila sebuah keluarga tidak lagi hanya mengandalkan sumber penghasilan dari gaji bulanannya sebagai seorang karyawan, pekerja atau buruh barangkali hidup akan terasa semakin hidup.
Ketrampilan seperti menjahit dan menyulam, ketrampilan membuat dekorasi dan karangan bunga, ketrampilan membuat kue dan penganan, ketrampilan merias dan potong rambut, ketrampilan menulis, ketrampilan membuat desain grafis dan menyablon, ketrampilan mengolah bahan bekas adalah beberapa contoh jenis ketrampilan yang banyak dimiliki oleh sebagian dari keluarga kita.
Bagaimana menggugah semangat untuk mengembangkan ketrampilan tangan yang ada, mendorongnya untuk berkreasi dan berproduksi, dan menumbuhkan usaha mandiri dari rumah (home business) mesti ada seseorang atau sebuah wadah yang berperan sebagai motivator dan fasilitator.
Penulis berkeyakinan bila ada sebuah wadah yang bisa menampung ide-ide tangan kreatif, membantu mengenalkan dan memasarkan produk-produk hasil tangan terampil tadi, juga memberikan pendidikan dan pelatihan yang perlu, di Batam akan muncul industri rumah tangga yang cukup menjanjikan.
Anda yakin juga?

Jumat, 15 Februari 2008

Setelah PHK, mau apa?

Beberapa hari yang lalu, ada seorang teman yang bekerja di sebuah perusahaan elektronik bercerita bahwa pabrik tempat ia bekerja selama ini dinyatakan tutup karena sudah tidak mampu lagi bersaing menghadapi persaingan global. Karenanya semua karyawannya terpaksa harus menerima kenyataan diputus hubungan kerjanya, alias kehilangan pekerjaannya.
Ini tentu saja amat merisaukan dirinya yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Risau akan kehilangan sumber pendapatan untuk menghidupi keluarganya. Juga risau melihat umurnya yang sudah tidak muda lagi karena sudah berkepala tiga. Akankah ia mendapatkan pekerjaan baru semudah 10 tahun yang lalu ia mendapatkannya?
Dunia kerja di Indonesia terutama di Batam memang tidak mudah. Untuk bisa mendapatkan pekerjaan saja sulitnya minta ampun. Sekelas sarjana tidak cukup hanya mengandalkan latar belakang pendidikan, nampaknya pengalaman kerja juga sangat diperhatikan. Belum lagi kemampuan berbahasa asing, serta skill khusus yang mesti dimiliki.
Kesempatan mendapatkan pekerjaan di sektor pemerintahan juga kabarnya tidak mudah. Selain alasan administrasi, kabarnya ada alasan subyektif seperti kedekatan dengan pejabat pemerintah yang cukup menentukan. Lagi-lagi mendapatkan pekerjaan di Batam sudah seperti barang mewah.
Bila mendapatkan pekerjaan baru tidak semudah yang diharapkan, pilihan berikutnya tentu adalah menciptakan pekerjaan sendiri. Artinya mencoba melakukan usaha sendiri yang tentunya bisa menghasilkan keuntungan finansial. Dan barangkali uang pesangon yang akan didapatkannya bisa jadi modal awal membuka usaha sendiri.
Semudah itukah? Nampaknya tidak. Pilihan jenis usaha apa yang akan digelutinya ternyata tidak mudah. Karena selama ini terlanjur terbiasa bekerja untuk orang lain, tidak mudah baginya menentukan. Apalagi dirinya juga tidak memiliki kemampuan teknis ataupun jasa yang bisa ditawarkan langsung kepada calon pelanggan atau pembeli.
Penulis pikir nampaknya memulai usaha sendiri pada saat sedang memiliki pekerjaan di tempat lain adalah waktu yang tepat. Karena ada sumber penghasilan yang tetap, ada waktu buat belajar, ada waktu untuk memilih jenis usaha, bisa mencoba dan sebagainya. Kalaupun gagal, resikonya lebih kecil. Jadi, bukan memulai usaha sendiri setelah tidak punya pekerjaan.
Bagaimana menurut anda?

(foto adalah para pekerja sebuah shipyard di Batam, diambil dari http://www.flickr.com/photos/ambarhidayat/261192674/)

Rabu, 13 Februari 2008

Dipinang Partai

Membaca berita politik dalam negeri beberapa hari ini dikabarkan bahwa keluarga mantan Presiden Soeharto masih menempati posisi istimewa di jajaran Partai Golkar. Buktinya, Ketua DPP Partai Golkar Muladi mengaku bahwa partainya masih berharap keluarga mantan presiden kedua RI itu merapat kembali ke Golkar.

Menurut dia, bergabungnya kembali Mbak Tutut dan Bambang Trihatmodjo bakal menambah kekuatan Golkar di mata konstituen. "Apalagi, sekarang banyak warga yang kembali ke romantisme pada masa-masa Orde Baru," katanya di Batam, Sabtu (9/2).

Setahun menjelang Pemilu 2009, nampaknya partai-parta sudah mulai ancang-ancang mengambil langkah guna memenangkan pesta demokrasi lima tahunan ini. Mengajak bergabung mereka-mereka yang memiliki potensi dukungan suara dari rakyat banyak adalah strategi yang diyakini cukup jitu. Dan tentu saja, keluarga cendana sepertinya memang masih memiliki potensi meraup dukungan suara rakyat cukup besar. Buktinya, pada saat meninggalnya mantan Presiden Soeharto beberapa waktu lalu, perhatian rakyat Indonesia masih sangat terasa.

Berandai-andai menjadi bagian dari keluarga Cendana tentulah bakal ditertawakan orang. Tetapi berandai-andai dipinang oleh partai untuk menjadi calon legislatif yang bakal diusung pada pemilu tahun 2009, apakah mungkin?

Katanya, untuk menjadi calon legislative cukup memiliki 1 diantara 2 hal, yaitu uang atau massa. Mereka yang memiliki uang bakal bisa mendapatkan suara rakyat. Dan mereka yang memiliki massa juga bisa memenangkan suara rakyat. Mereka yang memiliki keduanya tentu saja peluangnya menjadi 2 kali lipatnya.

Tapi kalau tidak memiliki keduanya? Cukuplah terus beranda-andai…

Senin, 11 Februari 2008

Listrik Mati (Lagi)

Minggu siang 10 Pebruari 2008 di perumahan legenda malaka aliran listrik kembali padam. Setelah membaca koran baru diketahui bahwa pemadaman listrik terjadi akibat gangguan teknis pada Gardu Hubung Baloi yang menuju PLTD Baloi. Akibatnya pasokan listrik tergganggu. Untuk gangguan ini PLN Batam melalui Humasnya, Dony Hermawan (lagi-lagi hanya) memohon maaf atas ketidaknyamanan yang sempat timbul selama gangguan terjadi.
Di Jepang, apabila terjadi gangguan yang menyebabkan kenyamanan pelanggan ataupun masyarakat banyak menjadi terusik, pimpinan tertinggi perusahaan penyedia layanan tersebut akan meminta maaf di depan publik yang diliput oleh jaringan media massa dengan cara yang amat simpatik. Dengan berdiri tegak mereka akan meminta maaf dengan bahasa yang paling sopan dan kemudian membungkukkan badannya pun dengan tingakatan yang amat sopan. Kemudian mereka akan menjelaskan penyebab gangguan dengan detail dan akibat yang terjadi. Juga langkah-langkah yang akan diambil kemudian sebagai bentuk tanggungjawabnya, termasuk langkah perbaikan untuk mencegah terulangnya kembali hal tersebut. Dengan demikian, masyarakat umum akan bersimpati dan kemudian memaklumi kejadian tersebut.
Budaya malu adalah yang melatarbelakangi mengapa mereka bersikap demikian, sebuah
budaya leluhur dan turun temurun dari bangsa Jepang. Masih ingat ritual sejak era samurai yang bernama Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) ketika mereka kalah dalam pertempuran. Saat ini ritual harakiri memang sudah mulai berubah. Memasuki dunia modern, muncul fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat publik (menteri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka tidak dapat menyediakan layanan publik dengan baik, mengganggu atau bahkan merugikan orang banyak, melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
Andaikan budaya malu menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, alangkah indahnya. Tentu akan membuat hidup lebih hidup!

Minggu, 10 Februari 2008

Apa yang hendak kita lakukan?

Waktu tak akan pernah berhenti, ia terus berjalan dengan pasti.
Dan kita, setiap insan di dunia ini mempunyai hak yang sama atas waktu.
Tidak ada seorangpun melebihi dari yang lain.
Namun tak jarang setiap kita berbeda dalam mensikapinya.
Ada yang berjuang untuk melewatinya dengan membunuh waktu.
Membiarkan waktu lewat begitu saja tanpa makna.
Tidak sedikit pula yang merasakan sempitnya kesempatan yang ia punya.
24 jam dalam sehari tidaklah mencukupi.

Sebenarnya apa sih rahasia terbesar dalam hidup ini?
Barangkali adalah melewati hari ini dengan penuh makna.
Makna tentang cinta, ilmu, dan iman.
Dengan cinta hidup menjadi lebih hidup, menjadi indah.
Dengan ilmu hidup menjadi mudah, lebih nyaman.
Dan dengan iman hidup menjadi terarah, lebih jelas.
Apa yang hendak kita lakukan dalam hidup ini?

(gambar diambil dari http://www.wou.edu/)

Sabtu, 09 Februari 2008

Mulai Menulis

Menulis tentu bukan pekerjaan mudah. Terutama buat mereka yang tidak terbiasa menulis, pun buat seorang Deni Manusia Ikan.
Tetapi karena alasan itulah, tulisan ini dimulai. Banyak orang bilang, kesulitan yang paling besar adalah pada saat mau memulai menulis, bukan setelahnya.
Jadi, nampaknya tak ada pilihan lain, kecuali kesulitan terbesar ini mesti dilewati dahulu. Untuk kemudian, tulisan akan mengalir kemana-mana bagaikan aliran air.
Semoga.

Deni Manusia Ikan

Deni Manusia Ikan (judul asli: Fishboy: Denizen of the Deep) adalah komik hitam putih yang diterbitkan pertama kali di buku Buster antara 1968 dan 1975, ditulis oleh Scott Goodall dan digambar oleh John Stokes dan lain-lain. Tokoh utamanya adalah seorang anak laki-laki yang terdampar di sebuah pulau dan belajar untuk bernapas di bawah air dan berbicara dengan makhluk-makhluk air. Ia juga memiliki insang dan tangan kaki berselaput sehingga dapat berenang dengan cepat. Tujuan hidupnya adalah mencari orangtuanya dan membantu orang yang kesusahan.

Di Indonesia, komik ini diterbitkan pertama kali sebagai komik berseri di majalah anak-anak Bobo, kemudian diterbitkan sebagai buku komik oleh Gramedia.

Deni Manusia Ikan yang menjadi penulis di blog ini, bukanlah Deni Manusia Ikan sebagaimana dimaksud dalam tokoh komik hitam putih tersebut tetapi adalah seorang bernama Deni yang sangat gemar membaca komik itu dan memiliki keinginan untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain melalui dunia blog ini, sebuah persamaan dari keinginan untuk berbicara dengan makhluk-makhluk air sebagaimana tokoh kartun idolanya, Deni manusia Ikan.
Tujuan hidupnya tentu tidak untuk mencari orangtuanya, namun untuk mencari hikmah dari apa yang ada di sekitarnya dan apa yang dialaminya, menuliskannya, dan berharap bisa bermanfaat bagi mereka yang membacanya.

Demikian.