Minggu, 30 Maret 2008

Kemiskinan Yang Menghibur?

Prihatin melihat potret masyarakat akhir-akhir ini.
Antrian orang membeli minyak tanah begitu panjang.
Pemadaman listrik pun bisa terjadi baik siang maupun malam.
Air pun ikut-ikutan ngadat, tidak peduli waktu.
Harga sembako? Jangan lagi ditanya. "Harganya sudah meroket" itu kata SBY di sebuah stasiun TV kemarin.
Transportasi juga semakin mahal dan tidak nyaman.
Apalagi fasilitas perumahan juga semakin tak terjangkau.
Hidup semakin susah. Itu yang amat bisa dirasakan.
Hidup semakin sulit. Itu yang amat bisa dilihat.
Apakah ini pertanda daya beli masyarakat yang menurun?
Apakah ini pertanda tingkat kemiskinan meningkat?
Apakah ini pertanda ketidakmampuan pemerintah mengelola negeri ini?
Kita rupanya hanya bisa menonton itu semua.
Kita nampaknya hanya bisa melihat itu semua.
Sedih.
Prihatin.
Sedih karena nothing we can do.
Prihatin karena ternyata kita adalah bagian dari kemiskinan ini.
Miskin akan kemampuan dan kekuasaan untuk memperbaiki kemiskinan.
Kemiskinan? Ya, kemiskinan.
Salah satu stasiun TV swasta pernah menayangkan sebuah acara yang mengangkat tema kemiskinan.
Kemiskinan yang menghibur.
Dimana pengelola acara senang mencari orang miskin, untuk kemudian tiba-tiba memberinya duit, yang besarnya tak tanggung-tanggung: puluhan juta rupiah.
Di acara itu, kita sama-sama menonton, betapa gugupnya si miskin itu saat menerima segebung duit yang datang secara tiba-tiba dan harus dihabiskan secara tiba-tiba pula.
Kita bisa melihat bagaimana gaduhnya si miskin itu membelanjakan uangnya itu.
Bagaimana si miskin kemudian akan membeli apa saja, membeli barang-barang yang selama ini cuma berkelebat di televisi.
Membeli barang yang tak pernah ia bayangkan akan dimiliki, dan barang yang boleh jadi kegunaannya pun tak dimengerti.
Karena duit ini harus dibelanjakan, dan waktu untuk belanja ini juga dibatasi, maka si miskin akan begitu tergesa-gesa berbelanja apa saja.
Kita kemudian hanya bisa melihat.
Terkadang ada rasa prihatin.
Tapi ada juga yang terhibur.
Kemiskinan rupanya tidak hanya bisa menimbulkan simpati, tetapi bisa juga menghibur.
Apakah kemiskinan yang ada disekeliling kita juga sebagai bagian dari hiburan bagi sebagian dari kita yang lain?

Jika

Entah mengapa, teman yang satu ini agak pemurung akhir-akhir ini.
Sorot matanya nampak tak bersemangat.
Matanya sering menatap sayu ke depan.
Sesekali terdengar suara lirih keluhannya.
Beberapa saat kemudian diketahui bahwa teman yang satu ini sedang mengkhawatirkan sesuatu.
Sedang cemas menunggu.
Sedang gelisah menanti jawaban apakah diterima bekerja di sebuah perusahaan elektronik atau tidak.
Oh itu rupanya!

Sebagai seorang teman, tentu menghibur teman yang sedang bersedih adalah sebuah kewajiban.
Maka, meluncurlah kata-kata bijak penuh makna sebagaimana pernah dibaca dari email motivatif yang pernah diterima.

Jika batin diselimuti dengan kekhawatiran ketika melihat masa depan, maka hati akan ditutupi awan mendung.
Langit berubah warna menjadi kelabu. Hujan tangis pun mungkin akan segera turun.

Jika memandang masa datang dengan hati kelabu penuh cemas dan rasa takut, maka dunia batin seakan memasuki musim dingin, hujan salju membuat diri kehilangan kehangatan.
Sepi... sepi dan dingin!

Jika batin dipenuhi dengan harapan ketika melihat masa depan, maka dalam hati akan ada seuntai pelangi warna-warni, langit dipenuhi bintang cemerlang di malam hari dan biru ceria di siang hari.
Segalanya akan nampak indah.

Jika yakin bahwa hari esok penuh harapan, insya allah harapan akan ada.
Jika kita sudah sekuat tenaga berusaha, maka kemudian biarkan Tuhan yang menentukan.

(Gambar diambil dari sini)

Sabtu, 29 Maret 2008

Senyuman

Memasuki halaman kantor yang satu ini membuat jantung berdegup kencang.
Di samping ini adalah kali pertama, kesan yang ada memang membuat ciut nyali.
Ada kabar bahwa manajemen perusahaan ini terkenal tegas dan keras.
Lagian, security yang baru saja dilalui sangat tidak akrab sembari selalu menunjukkan wajah bengisnya.
Wuah...!
Dengan terus berdoa, kaki terus melangkah memasuki ruangan resepsionis.
Seorang gadis cantik dengan muka cemberut tampak duduk di belakang meja itu.
Berusaha sedikit tenang, bibir pun mengembangkan senyum.
Sejurus kemudian salam dan pertanyaan lembut pun meluncur dengan lancar.
Tak dinyana, senyuman sang resepsion pun terlihat, sambil menjawab pertanyaan yang terlontar tadi.
Wuih... leganya!

Ya, senyuman.
Nampaknya senyuman akan dibalas dengan senyuman.
Kelihatannya, kekuatan senyuman amat luar biasa.
Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputusasaan, pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa
yang resah.
Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliiling kita.
Ingatkah, kapan terakhir kali menghadiahkan senyuman manis pada orang yang dikasihi?

Kamis, 27 Maret 2008

Bersimpati

Sebagaimana diberitakan harian Jawa Pos, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat pembukaan Munas VIII Apindo di Istana Negara kemarin (26/3) mengimbau para pengusaha untuk menjaga hubungan baik dengan buruh. Sebab, kekompakan antara pengusaha dan buruh menjadi kunci keberhasilan untuk memajukan dunia usaha.
SBY juga menegaskan, sebelum memantapkan hubungan tripartit (pemerintah, buruh, pengusaha), hubungan bipartit, yakni pengusaha dan buruh, harus dibangun terlebih dahulu.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Apindo Sofyan Wanandi mengatakan, Apindo berusaha menciptakan hubungan pengusaha dan buruh menjadi hubungan yang saling membutuhkan.
"Tanpa pengusaha, buruh tidak ada. Sebaliknya, tanpa buruh, pengusaha juga tidak ada. Karena itu, pengusaha dan buruh bisa bekerja sama untuk membantu kemajuan bangsa yang kita cintai," kata Sofjan.

Menyimak pernyataan SBY dan Sofyan Wanandi di atas memang terasa sejuk. Menenteramkan hati. Menggambarkan kondisi yang semestinya ada.
Sayangnya, kondisi aktual tidak sebagaimana yang disampaikan secara lisan itu.

Dimana-mana, persoalan pekerja-pengusaha terus ada.
Setiap saat, kita juga bisa dengar konflik antara majikan-buruh yang masih terus bermunculan.

Mungkin karena antara karyawan-pemilik modal kurang memahami posisi masing-masing.
Barangkali karena antara pekerja-pengusaha terlalu egois dengan kepentingan masing-masing.

Seandainya pengusaha lebih bisa bersimpati terhadap penderitaan yang dialami oleh pekerjanya.
Seandainya pekerja juga lebih bisa bersimpati terhadap cita-cita besar yang dipunyai oleh pengusaha.
Bisa jadi, SBY, Sofyan Wanandi ataupun pemimpin buruh tidak perlu banyak omong lagi.

(gambar diambil dari sini)

Rabu, 26 Maret 2008

Hadiah Terindah

Seorang teman yang baru saja kembali dari perjalanan dinas dari luar negeri datang ke rumah dan bercerita panjang lebar mengenai pengalamannya. Ia baru saja ditugaskan oleh perusahaan tempatnya bekerja ke negeri Sakura atau negara Jepang untuk kurun waktu yang cukup lama yaitu 2 tahun guna mempelajari lebih dalam mengenai disain produk.

Selama itu, ia hanya pergi seorang diri tanpa ditemani anak dan isterinya. Karena ia mesti tinggal di asrama perusahaan bergabung dengan kawan-kawannya yang berasal dari berbagai negara termasuk yang dari Jepang sendiri.

Ia yang selama ini merasakan kedamaian selalu berkumpul bersama anaknya, seorang anak perempuan yang cantik berusia 7 tahun saat ini, juga isterinya yang sangat menyayanginya, terpaksa hidup sendiri selama 24 bulan itu.
Ia meninggalkan kenyamanan tinggal bersama keluarga kecilnya.
Ia berpuasa dari makan makanan masakan isterinya yang amat lezat itu.
Ia tak mungkin bercengkerama bersama isteri yang amat menyayanginya itu.
Ia tak bisa memandangi wajah polos anaknya saat sedang tidur.
Ia tak dapat menemani si kecil belajar membaca Al Quran, bahkan mengantarkannya masuk kelas 1 SD.
Ia harus hidup bergaya seorang bujangan yang serba mandiri itu.
Semuanya dikerjakannya sendiri.

Maka, saat ia hadir kembali ditengah anak dan isterinya Minggu lalu, ia merasakan betapa besarnya nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadanya.
Ia bilang kesendirian telah memberinya pelajaran akan arti penting kebersamaan.
Ia katakan kesendirian sudah membekalinya akan agungnya kesetiaan.
Ia berucap kesendirian telah menciptakan bayangan agungnya cinta dan kasih sayang.
Kini ia telah hadir kembali di tengah-tengah keluarganya.
Kembali membawakan hadiah terindah yang diidam-idamkan bersama: KEHADIRAN.
Katanya, kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya.

Memang kita bisa juga hadir dihadapannya lewat email, chatting, telepon, atau foto.
Namun dengan berada di samping orang yang dikasihi, kita dapat berbagi perasaan, perhatian dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif.
Katanya, jadikanlah kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagiaan bagi orang-orang yang Anda dikasihi.
Jadikan kehadiran Anda sebagai hadiah terindah!

(gambar dari sini)

Senin, 24 Maret 2008

Hadiah Terbaik

Membaca tulisan di Harian Tribun Batam berjudul "Banjir Masih Jadi Sorotan", ternyata permasalahan banjir, kerusakan jalan raya dan mahalnya harga sembako di Batam masih mendominasi pembicaraan di dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Pemko Batam di Hotel Vista, Senin (24/3).

Tentu saja hal ini tidak terlalu mengagetkan. Di samping ini bukanlah masalah yang baru muncul, pada realitanya, 3 hal tersebut memang menjadi agenda pokok pembicaraan sehari-hari masyarakat Batam akhir-akhir ini.

Banjir yang selalu melanda hampir seluruh wilayah Batam sudah sangat mengkhawatirkan. Tidak hanya aktifitas harian yang terganggu, tetapi urusan produksi di kawasan industri pun bisa terganggu karenanya. Tidak hanya kenyamanan dalam tempat tinggal, tetapi kenyamanan berproduksi para investor pun terusik karenanya.

Kerusakan jalan raya bahkan bisa ditemui di mana-mana di sekeliling Batam. Jadinya, di samping memperlambat waktu untuk sampai tujuan, keselamatan jiwa juga terancam karenanya.

Yang lebih parah lagi adalah kenaikan harga sembako yang semakin mahal. Sembako yang menjadi kebutuhan pokok untuk menopang kehidupan sehari-hari semakin tak terbeli. Buruh yang selalu memeras keringat untuk mendapatkan upah layak semakin menjerit karenanya.

Belum lagi masalah lain seperti listrik dan air yang menambah panjang daftar permasalahan yang dimiliki Batam.
Mau dibawa kemana Batam ini?
Apakah Batam sebagai kota industri masih menarik untuk tempat tinggal dan tempat berinvestasi?

Kata-kata bijak mengatakan bahwa:
Hadiah terbaik kepada kawan adalah kesetiaan.
Hadiah terbaik kepada musuh adalah kemaafan.
Hadiah terbaik kepada yang muda adalah contoh terbaik.
Hadiah terbaik kepada yang tua adalah penghargaan budi mereka.
Hadiah terbaik kepada pasangan adalah cinta dan ketaatan.

Tahukah, apa hadiah terbaik kepada warga Kota Batam?
Penyelesaian masalah yang ada di masyarakat seperti banjir, jalan yang rusak, harga sembako, listrik, air dan sebagainya itu barangkali bisa menjadi HADIAH TERBAIK Pemko Batam bagi warganya.

(Gambar diambil dari sini)

Menjadi Ayam atau Elang?

Dalam sebuah milis, ada cerita menarik yang memberikan pilihan mau menjadi ayam atau menjadi elang. Menarik karena banyak teman yang menghadapi pilihan seperti ini saat ini.
Diceritakan bahwa ada seorang petani menemukan telur elang dan menempatkannya bersama telur ayam yang sedang dierami induknya. Setelah menetas, elang itu hidup dan berperilaku persis seperti anak ayam, karena mengira dirinya memang anak ayam.
Pada suatu hari, ia melihat seekor elang yang dengan gagah terbang mengarungi angkasa. "Wow, luar biasa! Siapakah itu?", katanya penuh kekaguman. "Itula elang, raja segala burung!" sahut ayam di sekitarnya. "Kalau saja kita bisa terbang ya? Luar biasa!" Para ayam menjawab, "Ah, jangan mimpi! Dia makhluk angkasa, sedang kita hanya makhluk bumi. Kita hanya ayam!" Demikianlah, elang itu makan, minum, menjalani hidup dan akhirnya mati sebagai seekor ayam.
Elang yang hidup di lingkungan ayam memilih menjadi ayam daripada menjadi elang. Andai saja ia meneruskan keinginannya untuk menjadi elang dengan cara berlatih melompat dan terbang, bisa jadi ia akan menjadi elang sejati.

Pilihan sulit yang dialam beberapa teman adalah mau menjadi pekerja atau menjadi pengusaha. Sadar bahwa mereka berada di dalam lingkungan pekerja, membuat mereka yakin bahwa mereka memang ditakdirkan untuk menjadi pekerja, bukan pengusaha.
Secara fisik memang tidak ada bedanya antara seorang pekerja dan pengusaha, tetapi tetap saja mereka melihat bahwa takdir mereka berbeda. "Dia memang seorang pengusaha, kita hanyalah pekerja" begitulah yang selalu terdengar.
Maka, melihat seorang pengusaha yang diberitakan berhasil memperluas usahanya, mendapatkan laba yang berlipat ganda, tetapi juga dermawan dan penuh kasih sayang, mereka hanya bisa berangan: ah seandainya aku jadi seorang pengusaha...!
Tanpa pernah mau mencoba sedikitpun melakukan usaha, walaupun kecil-kecilan sesuai dengan kemampuannya.
Padahal, tidak sedikit pengusaha yang pada awalnya bermodal dengkul. Banyak juga yang memulai usahanya dari nol, hanya bermodalkan kemampuan yang ada pada saat itu.
Permulaan yang serba minim tetapi kemudian ditambahi dengan kerja keras pantang menyerah, dan kemauan jungkir balik jatuh bangun dari usahanyalah yang membuat mereka jadi pengusaha sukses seperti sekarang ini.
Siapa tau di antara para pekerja itu, sesungguhnya adalah seorang pengusaha yang dihidup dilingkungan pekerja.
Siapa tau pengusaha yang sedang menjadi pekerja itu adalah kita.
Siapa tau elang berkemampuan ayam itu adalah diri kita.
Siapa tau sikap pasrah sebagaimana cerita elang di atas ada pada diri kita.
Pertanyaannya: mau menjadi Ayam atau Elang?

Senin, 03 Maret 2008

Mulai dengan Mimpi

Barangkali UTG, jaksa staf Kejaksaan Agung yang menangani kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang ditangkap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi di rumah milik pengusaha Syamsul Nursalim di Jalan Hang Lekir, Jakarta Selatan, Ahad (2/3), bermimpi menjadi seorang jaksa yang kaya raya.
Sehingga ia berani melakukan langkah gila yaitu menerima uang sebesar US$ 660 ribu atau sekitar Rp 6 miliar yang diduga terkait dengan penghentian kasus BLBI oleh Kejaksaan Agung.
Mungkin ia telah berkhayal memiliki uang miliaran rupiah yang dengan itu ia bisa memiliki apa saja, bisa pergi ke mana saja, bisa melakukan apa saja.
Barangkali ia sudah berangan-angan tinggal di sebuah rumah mewah lengkap dengan perabotannya, atau bahkan menaiki mobil mewah yang luar biasa nyaman.
Bisa jadi ia menginginkan kenikmatan surga dunia.

Banyak yang bilang bahwa segala yang terjadi, dimulai dengan bermimpi, atau dimulai dengan berkhayal. Bahwa segala yang dicapai, awalnya dimulai dengan angan-angan di pikiran.
Setelah menemukan impian, kemudian dikumpulkanlah segenap kemampuan yang ada.
Dan bersamaan dengan itu, kemauan pun dibangun.
Maka, peluang yang tadinya nampak kecil, kemudian akan terlihat sebagai sebuah emas yang bersinar menyilaukan mata. Memaksa tubuh bergerak sekuat tenaga meraihnya, sekaligus menggapai impiannya.

Kita tidak tahu apa yang UTG angankan, tapi tahukah apa yang kita angankan sekarang, bila kita bicara tentang setahun, dua tahun atau lima tahun ke depan?
Apakah kita melihat masalah, atau sesuatu yang berantakan, atau kengerian, bahkan ketakutan?
Ataukah kita melihat peluang dan keberhasilan?

Tidak ada batas bagi imajinasi. Kita boleh mengkhayalkan apa saja.
Keberhasilan atau kegagalan.
A nice day atau a nightmare.
Bayangkan masa yang akan datang, dan biarkan diri kita melaju dengannya.
Tinggalkan kendala di belakang, dan tampilkan hidup yang ingin kita jalankan.
Hidup yang kita ciptakan akan dimulai dari mimpi kita.
Ciptakan mimpi terbaik, dan mulai bertindak untuk mewujudkannya.

(foto dari sini)

Minggu, 02 Maret 2008

Lompatlah!

Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut.
Dengan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun dia keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.

Dengan penasaran ia menghampiri belalang itu, dan bertanya, "Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia ataupun bentuk tubuh ?".
Belalang itu pun menjawabnya dengan pertanyaan, "Dimanakah kau selama ini tinggal? Karena semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan". Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.

Ibarat cerita belalang di atas, maka setiap manusia memiliki kemampuan melompat yang berbeda-beda, tergantung kepada situadi dan "ruang" yang dia tempati selama ini.
Mereka yang tinggal di lingkungan yang baik, penuh dengan pujian, keceriaan, semangat, dan keberhasilan akan bebas lepas mengembangkan dirinya.
Minatnya bisa tersalurkan dengan penuh inisiatif dan gairah.
Dan bakatnya bisa terasah hingga mengkilap.
Membuat hidup semakin terasa hidup.

Sebaliknya, mereka yang tinggal di lingkungan yang buruk, penuh hinaan, didera trauma masa lalu, kegagalan yang beruntun, perkataan teman atau pendapat tetangga yang sangat tidak simpatik, seolah membuat mereka terkurung dalam kotak semu yang membatasi semua kelebihan yang ada.
Celakanya lagi, apapun yang mereka katakan kepada kita dipercaya begitu saja tanpa pernah dipikirkan benar tidaknya. Tak ada kepercayaan diri disana.

Coba tanyakan kepada nurani: "bisakah melompat lebih tinggi dan lebih jauh? bila mau menyingkirkan "kotak" itu?".
Inginkah terbebas lepas sehingga bisa mencapai sesuatu yang selama ini diluar batas kemampuan?
Karena, barangkali di sana ada jalan baru.
Karena, di tempat yang berbeda itu mungkin matahari lebih hangat bersinar.
Karena, di "kotak" yang lebih besar itu bisa jadi udara lebihterasa segar.

Tuhan telah membekali kita kemampuan, kita tinggal membangunkan kemauan.
Kemauan untuk berjuang membebaskan diri dari "kotak" yang mengurung kita.
Kemauan untuk bersedia berlelah diri keluar dari keadaan saat ini.
Kemauan untuk bangun dari situasi yang terasa nyaman sekarang ini.

Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
Bangunkan kemauan, ungkapkan kemampuan, rasakan hasilnya kemudian.

Katanya, kehidupan akan lebih baik kalau hidup dengan cara hidup berdasarkan pilihan sendiri.
Bukan dengan cara hidup seperti yang mereka pilihkan untuk kita.

(foto dari sini)

Sabtu, 01 Maret 2008

Waktu Yang Tiada Berujung

Tanpa kita sadari, waktu telah begitu mengatur kita.
Dan sesungguhnya, kita telah mengikuti apa maunya.
Tatkala matahari mulai terbit, dengan sengaja kita segera bangun dan memulai rutinitas hari itu.
Menyampaikan rasa syukur kepada-Nya, dilanjutkan dengan berdoa mengharapkan banyak hal.
Kemudian membersihkan diri, sarapan pagi, berkemas-kemas, dan berangkat memulai aktifitas hari itu.

Tanpa kita tahu, waktu sudah sangat mengatur kita.
Dan sesungguhnya, kita sudah menjalani apa maunya.
Ketika memasuki jam 8 pagi, dengan segera kita memulai pekerjaan yang ada.
Me-review lagi pekerjaan yang telah lalu, dilanjutkan dengan merencanakan pekerjaan berikutnya.
Kemudian melihat kondisi aktual tempat kerja, memeriksa laporan hasil kerja, rapat, bertemu dengan rekanan kerja, dan sebagainya.

Tanpa kita rasa, waktu telah dan sedang mengatur kita.
Ketika bel jam usai kerja berdering, tanpa diperintah segera kita berkemas.
Menyimpan kertas dan pensil dalam laci, lalu meninggalkannya jauh-jauh.
Seolah-olah semua persoalan hari itu telah terpecahkan.
Seakan-akan semua problem hari itu telah terselesaikan.

Betapa hebatnya waktu mengatur kita.
Sesaat kita memasuki rumah tempat tinggal keluarga kita, salam nan hangat segera terdengar dari yg kita kasihi.
Makanan yang nikmat penuh rahmat pun segera tersaji.
Dan tutur kata yang lembut pun terdengar, canda ria pun begitu terasa.
Penat akibat kerja seharian jadi terlupakan.
Ah, betapa hebatnya waktu menghibur kita.
Betapa bergairahnya waktu membangunkan kita.

Betapa setianya kita mengikuti alur waktu.
Esok hari, ketika jam kerja dimulai, mungkin semua tumpukan masalah kita aduk lagi.
Mungkin perselisihan pun bolehlah dilanjutkan kembali.
Bahkan bisa jadi, kita mesti bayar lagi kredit bulanan rumah, kendaraan, hutang ke warung sebelah dan sebagainya.
Ah. Itu lagi.

Sesaat, jadi terpikir bagaimana seandainya kita yang mengatur waktu.
Bukan waktu yang mengatur kita.
Saat kita bisa mengatur waktu, barangkali sesungguhnya kita pun bisa mengatur pikiran, emosi, dan perasaan kita.
Karena waktu adalah lingkaran dimana kehidupan kita berjalan, maka kita atur waktu supaya bisa mengatur kehidupan.
Ah, seandainya bisa...